Aku melangkah mendekat kepadanya, dapat kulihat dia tersenyum seperti bulan sabit. Aku melangkah dan terus melangkah, langkahku bersama dia diiringi oleh tawa kami. Dia adalah pelangiku, hari hariku berwarna oleh sinarnya, dan juga oleh senyumannya. Aku melangkah masuk kedalam kehidupannya, yang membuatku semakin melihat pelangi yang indah. Hari demi hari aku tlah masuk sepenuhnya, mengenal dia lebih dalam. Pelangi itu sangat jelas namun aku menemukan hal yang lain dalam dia. Manik matanya yang berwarna hitam gelap menunjukkan kesedihan, dalam mata itu bukan pelangi yang selama ini aku lihat, dan yang ia tunjukkan tapi kesedihan, kesepian, keputusan asaan, kegelapan. Dibalik warna warna terangnya dia menutupi kesedihannya, dia berdiri dengan tegap, tersenyum, serta membantu orang yang jatuh, tapi sebenarnya dia lemah, menangis, dan tak mampu untuk bangkit. Lingkaran hitam yang ia buat di dirinya adalah tembok agar dia bisa berdiri dan tak dipandang dengan rasa kasihan