"Emm dan satu lagi, apakah kau percaya dengan makhluk bernama 'penyihir' ?" Tanyaku penasaran. Seketika tubuh Harvey menegang di tempat, matanya sedikit membelalak. Ia seperti sedang, terkejut?
"Em Harv, kau tak apa?" ia sedikit tersentak namun kemudian menjawab, "Ehm, ehm, a-aku tak apa kok." jawabnya enteng dengan memasang cengiran khasnya itu. Aku menatapnya dengan tatapan kau-ini-kenapa-bung?
"Hei sudahlah, aku benar-benar tak apa Lu." tambahnya dengan ekspresi meyakinkan.
***
Kisah yang penuh dengan pertanyaan dan pengkhianatan. Mengantar cahaya ke kegelapan. Membuka fakta yang berupa luka. Lalu mengakhirinya dengan pengorbanan cinta dan tawa.
Luciana Fedwig Bellaquan, ialah pemeran utama dari kisah yang ditulis dengan darah. Menjadi saksi mata pertikaian penuh lara.
⚠️TW⚠️
This story contains blood, violence, swearing words, etc.
Bagi yang tidak menyukai hal-hal berbau black magic, demons, torturing stuff, etc. tak perlu membaca buku ini.
[Buku ini merupakan buku pertama yang berani kutulis, jadi harap maklum untuk gaya bahasa yang masih amatiran, terima kasih telah mampir]
Hal yang pernah Rafa sesali dalam hidupnya, yaitu menaruh harapan pada seseorang yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dibenci, dihina dan disakiti baik fisik dan batinnya, seakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi remaja yang berusia 17 tahun itu.
Memangnya apa salahnya?
Dia hanyalah, seorang anak yang ingin merasakan keluarga yang sesungguhnya. Bahkan demi mendapatkan hal itu, dia mengabaikan perasaaannya sendiri dan bahkan menjadi orang jahat. Sehingga membuatnya semakin dibenci.
Rafa menyesal. Menyesal pernah berharap agar suatu hari mereka bisa melihat dirinya sebagai saudara dan seorang anak.