Pada abad ke-18 atau disebut zaman pencerahan, perbedaan kedudukan sosial antara pria dan wanita masih juga terasa, sementara perbedaan antara kulit putih dan kulit hitam, masih ada, tetapi tidak terlalu mencolok. James dan Kiana berhasil mendapatkan keturunan, kembar. Seorang putra dan putri. Meskipun James dan Kiana tahu bahwa perbedaan antara pria dan wanita masih kerap terasa, tetapi mereka tidak menginginkan hal itu terjadi kepada putra dan putri mereka. Mereka mendidik anak-anak mereka dengan cara yang sama. Tidak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Dalam arti, mereka dididik secara setara. Mereka membiarkan putra dan putrinya belajar hal yang sama untuk memiliki pikiran dan gagasannya masing-masing. James dan Kiana tidak ingin jika putra dan putrinya tidak mempunyai etika dan tata krama sebagai keturunan bangsawan. Maka dari itu, mereka membiarkan putra dan putrinya masuk ke dalam sekolah kebangsawanan, yaitu Nobility School. Lalu, disanalah awal mereka menemukan pembelajaran dan sesuatu yang baru. Dunia mereka yang penuh kedinginan, kehangatan dan kebijaksanaan, meleleh tercampur aduk oleh perasaan. Ket : Cerita ini adalah cerita turunan dari Dinginnya Sang Hati. Genre : Historical Fiction Penulis : vi_roez