Kita pernah digilakan oleh perasaan, kita juga pernah mabuk oleh rasa yg tak pernah kita duga akan berakhir seperti ini.
Kau kembali bersamanya, meninggalkan milyaran kenangan bergantung diseluruh sudut kota, Yg entah setiap saat aku harus belajar menyapanya sendiri..
Aku yg setiap saat belajar dari waktu, yg terus memangkas waktu dengan rasa yg telah kau bunuh. Kini sepi harus kudekap sendiri, sedang kau menyambut pesta bersamanya. Ini tidak adil menurutku!
Kau tahu, setiap kali aku protes dengan waktu kau selalu saja datang dengan segala alasan agar aku tetap bertahan. Dahulu semua waktu dapat kupelajari dengan baik. Namun, pada akhirnya waktu pulalah yg mengajarkan betapa sakitnya ketika harus berjuang sendiri...
Setiap hari, aku belajar jd pembunuh. Pembunuh rasa agar tak lagi menyapa kenangan manis yg menyakitkan itu. Biarlah mereka mati dengan sendirinya. Sebab memeliharanya tidak lebih dari benalu.. Menggerogoti & mematikanku sendiri. & itu aku tak ingin..
Saat detik terus merangkak, betapa semakin sadarnyanya aku akan dirimu yang terus melepas genggaman. "Sabar, katamu", entah sebagai perempuan aku harus bersabar seperti apa lagi..!
Harusnya kau tahu, di sepnggal malam ada rindu yg terus diantarkan oleh sang waktu. Menguras habis air mata, menikam lubuk hatiku, memecah seluruh memori di kepalaku. & setelah itu meninggalkanku dlm kedaan tak berdaya.
Hanya dentum jarum jam & isak tangis yang meraung silih berganti. "Kau kejam!!" Kataku lirih..Namun, apadaya suara itu hanya tertahan di tenggorokan. Mencekik & hilang oleh pakat malam..
Kau adalah bahagia yg menyakitkan. & aku harus belajar untuk menerima itu. Segala tentangmu biarlah hidup di tepi-tepi laut & berharap terseok hingga tenggelam kedasar lautan. Semua hanya tentang waktu..melupakanmu atau menerimamu dua hal yg sulit ketebak, sebab ada rasa yang tak pernah bohong, tanpamu aku hampa sedang mencitamu menyakitkan..
Disuatu pagi, saat di jamu oleh rindu dipenghujung tahun; Makassar, 11122016🍃