Aku mengagumimu seperti kata yang tak pernah bersuara hingga kau dapat mendengarnya, seperti pertanyaan yang tak bisa kujawab saat kau menanyakan, aku mencintaimu atau tidak. Namun, aku mebiarkan rasa itu tumbuh seiring waktu berjalan. Dan kala itu kita mungkin saling berbunga hingga tak ada satu pun di antara kita yang berani untuk memangkas..
Satu hal yang paling kuingat dari sisa-sisa kenangan yang dihantarkan hujan sore ini, kau kerapa menghampiriku kemudian berbisik menanyakan isi-isi do'aku saat kusedang duduk bertafakkur lama di sudut ruang yang tak asing lagi bagi kita..
"Aku sedang berdo'a untuk semesta, seraya mengucap syukur kepada Tuhan telah menghadirkanmu untukku!" Ucapku lirih lalu meraih tanganmu untuk kusalami..
Namun, hari ini saat Desember tiba dengan hujannya dan membawa cerita pilu November. Aku tersadar, dahulu aku mungkin terlalu cepat menyimpulkan atas do'a-do'aku namun lupa lebih khusyu' mengaamiinkannya. Mungkin Aku hanya sibuk berkomat-kamit agar kau dan aku tetap bersama. Sayang, sepertinya Semesta enggan berpihak kepeda kita..
Hingga aku teringat atas sepenggal do'a tatkala Sebelum menutup harap ada beberapa kata yang tetap kusematkan agar keyakinanku bersamamu terus bertambah yakin. Dan tepat malam itu, saat langit berawan tak berarah aku terhempas ditengah keramaian saat menerima pesan singkat atas keputusanmu..
Aku terisak hingga gagu..Malamku senyap ditelan oleh pekat semesta yang begitu kejam menghakimi tanpa ampun.. Duniaku seketika itu juga kiamat, aku sakarat oleh rasa yang kupelihara selama ini justeru menerkamku secara buas tanpa balaskasih..
Aku mati malam itu juga dan menjadi mayat tanpa tujuan melangkahkan kaki entah akan kemana..!
Rindu dan do'aku kini tak lagi bertuan. Saat semesta menjadi gelap, saat itu pula do'aku untuknya tak lagi bermakna...
Aku berhenti!!
☔️
Saat Perintis KM 10 terguyur hujan; kita memang dekat, tapi hati kita berjarak Samudera. Makassar, 12122016: 19.10 WITA🍃