Aku membuka mataku pelan-pelan. Kutemukan sepasang manik hazel mensejajari manik coklat gelapku. Pelan-pelan ia tersenyum. Matanya masih menatapku sedangkan aku sudah mengerjap beberapa kali. "Apa kamu bahagia?" tanyanya setengah berbisik. Pertanyaan yang sederhana, tapi lidahku kelu begitu saja, tak mampu mengeluarkan jawaban apa-apa. Aku menunduk sambil menepikan surai hitamku ke belakang daun telinga. Sepasang Vans navy-nya masih berada tepat di depan sepasang balet abu-abuku. "Apa kamu tidak ingin jatuh cinta lagi dan bahagia?" tanyanya sekali lagi, membekukanku lagi. Pelan-pelan wajahnya mendekat. Aku bisa mencium aroma mint yang selalu hinggap di bahunya. Tapi lekas sepasang balet abu-abuku bergerak mundur. "Cinta dan bahagia adalah dua hal yang berbeda. Aku mencintainya, meskipun tidak bahagia," kataku pelan, seraya menatap matanya dalam. Ia mendengus sambil tertawa pelan. "Kamu--" "Tidak," potongku cepat. "Dia membuatku bahagia, kadang-kadang," lanjutku, dan sesaat kemudian kakiku memutar arah. Aku berjalan meninggalkan pantai, meninggalkan sepasang Vans navy-nya, meninggalkan sepasang manik hazelnya, juga raut wajahnya yang berusaha kulenyapkan dari kepalaku. Ya, aku bahagia. Aku bahagia berjalandi tepi pantai bersamanya. Tapi ada seseorang yang tak bisa kutinggalkan.
16 parts