Hari ini aku kembali duduk menikmati suara pikuk kendaraan ibu kota yg memadati jalan. Arah menuju pusat kota sudah nampak terlihat padat sekali, aku memilih menepi untuk menikmati segelas cappucino dingin sebagai teman duduk disore hari. Udara hari ini tidak panas melainkan mendung sebab sedari sore kotaku diguyur hujan, sesekali mataku kulemparkan kegelas minumanku yang masih berkurang sedikit. "Aku ngopi," ujarku dalam hati sembari menyunggingkan bibir. Entah alasan apa yang membuatku memilihnya dari sekian banyak daftar menu, hanya saja aku merindukan suasana rasa pekat dan paduan creamer yang melumer di mulutku..
Filosopi kopi, mungkin kata itu yg paling tepat dari pilihan menuku. Sekalipun tidak seratus persen kopi murni hanya saja rasa pahitnya tidak akan membohongi zatnya sebagai kopi. Ada gula serta creamer yang menjadi campurannya, tapi sekali lagi aroma serta rasanya tidak akan pernah tenggelam. Pun hidup, cobaan memang datang silih berganti, kemungkinan-kemungkinan akan selalu berubah, harapan tidak selamanya menjadi kenyataan. Tetapi larut dan meratapi bukanlah solusi sebagai pilihan hidup. Hadapi, hayati dan nikmati adalah cara terbaik untuk menyelesaikan semua persoalan yang ada. Termasuk dalam hal perbedaan.
Kopi itu sudah pahit, jangan buat hidupmu semakin pahit! Benar, aku mengamini perkataan ini. Manusia sejatinya tidak lahir dari sebuah keberhasilan, tetapi lahir dari sebuah masalah-masalah yg membuatnya semakin besar dan tangguh untuk terus berjuang membesarkan semangat hidup. Sebab, kita sama-sama tahu kebahagiaan serta nikmat hidup masih begitu banyak yg diberikan Tuhan dibanding semua masalah yg ada. Jadi detik ini saat disaksikan oleh waktu yang menghantarkan manusia dalam kerugian, berhentilah meratapi hidup. Bergerak lakukan sebaik mungkin. Sebab seseorang akan melihat apa karyamu bukan ucapanmu!!
Selamat Sore, selamat mensruput pahit nikmat ibu kota..☕️
Dikala mendung, menyisipkan kontenplasi kaum pinggiran; Makassar, 15122016