Atta yang begitu hidup dan dipenuhi oleh aura positif sangat menyukai Zaara yang galak dan seolah membawa aura suram kepada lingkungan di sekitarnya.
Bagaikan berada di negeri dongeng, Atta yakin seyakin-yakinnya bahwa pertemuannya dengan Zaara adalah takdir yang tak terelakkan, seolah mereka memang dirancang oleh Tuhan untuk menjadi sepasang kekasih -meskipun Zaara tidak beranggapan demikian-.
Surat cinta, bola basket, pertemuan eskul, loker, auditorium, dan hal kecil lainnya menyimpan banyak kenangan tentang mereka berdua.
Orang ketiga? Tentu saja ada. Mari kita lihat, seberapa pandainya orang ketiga ini mendalami perannya sebagai tokoh antagonis dalam dunia Zaara.