Desember, bulan itu bukan akhir dari cerita ini. Itu bulan di mana skenario pertemuanku dengan laki-laki itu. Aku suka semua hal darinya, apalagi suaranya. Entahlah, kudengar itu menenangkan. Bahkan sebelum pertemuan. Aku berusaha menjaga perasaan ini. Perasaan yang entah apa itu namanya, tetap saja rasa. Dia berbeda, bahkan sangat berbeda dari Kent. Tak ada maksud untuk membandingkan, hanya saja... ya itulah adanya. Kehadirannya membawa banyak perubahan dalam hidupku. Namun, jarak membuat kita belum dapat bertemu. Kita tetap bersabar, sembari terus belajar memperbaiki diriku. Masalah jarak dan waktu adalah hal sederhana, tapi kalian pasti tau bagaimana rasanya. Apalagi bila ingat rindu... Saat rindu datang, aku hanya bisa memperbanyak istighfar. Hehehe... Hingga pada suatu hari, Allah menakdirkan kita untuk bertemu. Melewati sekian banyak proposal pertemuanku dengannya yang belum dikabulkan. Tapi dia malah minta ijab kabul disegerakan.