Nawang memutuskan untuk menerima cinta Wisang. Mereka adalah dua orang, yang tumbuh bersama semenjak kecil. Bertunangan dan berjanji untuk mengikat janji suci.
Suatu hari, Nawang harus pergi ke luar Jawa. Dia pergi dengan Wira, kakak Wisang yang juga partner perusahaan milik keluarganya.
Sebuah peristiwa tidak sengaja, membuat Nawang dan Wira terpaksa harus saling bahu membahu untuk saling membantu. Nawang terpaksa bersikap ramah pada Wira, meski tahu lelaki itu membenci dirinya. Sementara Wira terpaksa harus berdekatan dengan Nawang, karena tidak memiliki pilihan.
Namun entah bagaimana, mereka justru terlibat dalam sebuah hubungan terlarang.
Wira mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hanya saja, Nawang tidak yakin dengan janji dari lelaki itu.
Wira bukan hanya terkenal tampan dan kaya raya, tapi juga seorang player yang selalu gonta ganti pasangan sesuka hati. Terlebih ada Wisang di antara mereka.
Seiring berjalannya waktu, hati Nawang mulai terbelah. Dia bingung harus meletakkan hatinya kepada siapa. Apakah harus mempertahankan pertunangannya dengan Wisang? Ataukah harus memilih Wira, yang telah mengikatnya secara sah sebagai bukti kesungguhannya?
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."