Ada sebuah tempat bernama Dunia. Dunia dipimpin oleh Ratu yang selalu menggunakan topeng. Setiap Ratu mengganti topeng, rakyat selalu menggunakan topeng yang sama atau setidaknya, mirip dengan yang dikenakan oleh sang Perempuan paling berkuasa di Dunia ini. Tak jarang, demi menggunakan topeng yang sama dengan sang Perempuan itu, penduduk rela saling membunuh atau mencuri. Karena Dunia memiliki "hukum" yang sadis atau boleh dibilang, "aneh", yang akan diganjarkan kepada mereka yang tidak menggunakan topeng senada dengan sang Ratu. Rumah mereka akan raib secara ajaib, bak tak pernah ada di Dunia ini! Aneh bin ajaib memang, sistem yang ada di Dunia. Kemudian, mereka yang kehilangan rumahnya, akan dipindahkan oleh para pengguna topeng, ke tempat pembuangan bernama "Pengasingan", dan mereka akan dilabeli dengan sebutan "para Munafik". Ironisnya, para Munafik akan rela melakukan hal yang dianggap paling rendah sekalipun demi mendapatkan nama dan rumah mereka kembali. Jika para Munafik merampas topeng milik pengguna topeng, maka mereka akan ditempatkan di Pengasingan, dan akan berubah menjadi para Munafik. Dan agar mereka bisa mendapatkan nama dan tempat mereka kembali, mereka akan menggunakan cara kotor pula. Begitu lah sebuah siklus setan ini terus berulang.
Adalah sebuah fenomena keanehan, jika kita tidak mengenakan topeng seperti Ratu,
Adalah sebuah tindak kriminal, jika kita mengenakan "topeng kita sendiri", bukan topeng sang Ratu,
Adalah sulit, jika kita bertahan sebagai munafik
Lantas, bagaimana cara kita bertahan di Dunia, dengan mengenakan "topeng kita sendiri"? Hahahaha... itu adalah satu dari sekian banyak pertanyaan yang saya sendiri pun tidak tahu jawabannya, selain alasan mengapa pak Hasan menghitung apel untuk dijual menggunakan rumus aljabar, ketimbang menggunakan kalkulator.
"One of the greatest challenges in life is being yourself in a world that's trying to make you like everyone else" - Anonim
R, 27/12/16