They're Real! (Nagisa x Reader x Karma)
  • Reads 3,532
  • Votes 351
  • Parts 3
  • Reads 3,532
  • Votes 351
  • Parts 3
Ongoing, First published Dec 29, 2016
Sore itu, rintik hujan mulai berjatuhan. Beberapa kilatan terlihat membelah langit. Angin lembab bertiup menerpa suraiku. Kupercepat langkah, guna mencapai kediamanku yang tak jauh lagi tanpa kehujanan.

Ketika aku sampai, di luar sana sudah hujan deras. Kurapikan sepatuku lalu masuk ke dalam. Sepi. Tentu saja, ibuku sudah lama meninggal karena sakit dan ayahku berbisnis di luar kota. 

Kunyalakan semua lampu dan televisi, lalu beranjak ke kamarku.

"Selamat datang, (Y/n)!"

"Kyaaa!"

Aku refleks melompat mundur, siapa yang tidak kaget jika menemukan seorang laki-laki sedang merebah di kasurnya?!

"Oi! Apa yang kau lakukan disini, Akabane?!" Teriakku, masih bingung kenapa si rambut merah bisa ada disini,

Di duniaku.

Aku tertegun. Dia, nyata?!

Tiba-tiba terdengar suara lainnya yang berasal dari sudut kamar,

"Karma-kun, kita ada dimana?"

Itu Shiota Nagisa!

"Di kamarnya (Y/n), Nagisa."

Dua ikemen dari anime favoritku, tiba-tiba muncul di kamarku! Astaga...

Rasanya sangat pening dan kakiku melemas... 

'Brukk!!'

"(Y/n)-chan!"
All Rights Reserved
Sign up to add They're Real! (Nagisa x Reader x Karma) to your library and receive updates
or
#657karma
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
He Fell First and She Never Fell? cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
The Best Of Miracle cover
antagonis wife [TERBIT] cover
Rafa  cover
Kesayangan Bunda cover
After Graduation cover
Kisah Tak Sempurna cover
The Qonsequences cover

Dosa Ku

69 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.