Aku kian berkata dalam sepi. hari-hari yang kulalui kini, kian memburuk. takpernah aku menduga sebuah penghianatan dalam hidup yang membuat seisi hati ku pun hancur terpuruk. semua memang mudah saat engkau berkata. semua sangat mudah saat engkau bertawadhu seakan-akan engkaulah paling suci dan sempurna. aku bahkan amat menyayangimu dan membanggakanmu saat Allah mempertemukan aku dengan dirimu 6 tahun silam. Dulu... kau begitu naif dan angkuh saat ibuku dan ibumu saling menyapa. Aku pun tersenyum merona saat sang umi ku menyuruh berkenalan dengan mu gadis cantik nan menawan hati. namun kau diam.. kau kaku tak bergeming . seolah-olah aku tak lagi ada dihadapanmu. aku pun mulai sedih dan berkata "dianya enggak mau berkenalan dengan ku umi". samg umi pun tersenyum dan mengusap kepala ku. lalu ibumu pun berkata, "anakku pemalu " dan kemudian tersenyum dan berkata kembali "lagi malu kayaknya ya" sambil menyentuh dirimu. . flash back silam membuatku makin sedih dan remuk entah berantah. bertanya-tanya perasaan yang kini kian membuncak. Tega.. kah engkau padaku. adakah rasa iba dihatimu padaku. tak cukupkahkan melakukan ini semua padaku. dalam benakku engaku tetap sahabatku sama seperti aku mengenalmu pertama kali. Aku tak pernah bertanya dimana letak salahku padamu. aku langsung menanyakan kepada engkau. acapkali ada masalah yang terjadi diantara kita. bukan sekali dua kali memang. memang ini yang pertama dan terakhir saat klimaks dari sebuah problematika yang pernah kita hadapi bersama. Tak ada yang ku bangga kan dalam hudup. selain ku miliki sahabat sepertimu. Aku amatlah ingat betul. kebaikanmu padaku bak bidadari yang mengabulkan segala harapan dan keinginan dimana tak ada satu pun orang yang kan mengerti tentang apa yng menimpa diriku. yaitu, sebuah periatiwa musibah terbesar dalam hidupku ini saat usiaku belum seumur jagur bagi anggapan orang-orang yang sudah dewasa. Tapi musibah itu adalah hal terindah dari Allah berupa Rahmat-Nya yang bernama Hidayah...