Sebelumnya inzie tak pernah menyangka akan mendatangi rumah yang sudah selama 6 tahun ini ia tinggalkan. Rumah yang penuh dengan kenangan pahit. Rumah dimana batinnya terus disiksa. Seharusnya inzie tahu, bahwa ketika ia menginjakkan kakinya kembali disini. Ia sudah tak akan sebebas dulu lagi. "Kak, kata mama aku punya seorang kakak yang akan datang. Dan itu adalah kakak. Kakak memiliki mata hijau, persis seperti yang mama ceritakan. Jadi, kak namaku Arnessa. Kalau kakak siapa? Kata mama aku harus bertanya sendiri." Saat Arnessa menyebutkan nama "mama" berulang kali. Itu membuat pandangan inzie semakin dingin. Ia menyentak kasar tangan arnessa yang masih betah melingkari pergelangan tangannya. "Dengar ya, sampai kapanpun aku tidak mempunyai adik. Ingat itu baik-baik." Perkataan penuh penekanan yang dilontarkan oleh inzie membuat arnessa terhenyak. Ternyata kakaknya tak menyukai keberadaannya. Copyright © by inestyanifa
50 parts