Asya petakilan, blak-blakan, bandel, songong, sama sekali gak ada alim alimnya.
Arina kalem, pendiam, penurut, sopan, dan amat sangat anggun-walau kadang otaknya geser-
Asya sahabat Arina. Arina sahabat Asya.
Sementara Asya suka Chandra, dan Chandra suka Arina.
Nah loh, gimana tuh?
~•~
"Chan-"
"Sya-"
"Lo dulu." Asya mempersilahkan Chandra berkata lebih dulu. Pipinya merona malu. Kurang dari lima menit, Chandra akan tau perasaannya.
"Okey," Chandra mengatur nafasnya. Lalu tersenyum lebar. "Ada yang harus gue kasih tau ke lo. Ekhm.. Sebenernya ini bukan cuma pemberitahuan sih, tapi juga permintaan."
"Apa?" Tanya Asya dengan mata berbinar harap.
"Lo mau gak...... Bantuin gue nembak Arina?" Chandra menatap Asya penuh harap. "Lo kan sahabatnya Arin tuh. Gue suka sama Arina."
Asya terpaku. Semua yang sudah dilakukannya sia-sia. Lalu, kedekatannya selama ini... Apa artinya?
"Sya?"
"Oh iya." Asya mengulum bibir tipisnya. "Sebagai teman yang baik, gue mau bantuin lo. Arina, sahabat gue juga kan?"
"Thanks. Makasih banget sumpah." Chandra tersenyum lebar. "Oh iya, lo tadi mau bilang apa?"
"Gue..." Asya menunduk. Menggerakkan kedua kakinya. Semua diluar rencananya. "Gue cuma mau ngasih tau kalo gue tadi ke toilet terus liat kecoa. Iya, itu aja."
Gue suka sama lo, Chandra.
Kaesar Morvayn Leonard, pemuda yang dikenal sebagai pemimpin geng Morvaylus, hidup dalam kekacauan dan pemberontakan. Namun, hidupnya berubah ketika ibunya mengungkap rahasia tentang ayah kandung yang selama ini tidak pernah ia kenal.
"Ibu akan menikah lagi. Keluarga calon suami Ibu... mereka tidak menerima masa lalu Ibu yang memiliki anak," ucap Marcia dengan suara serak.
"Kae, kamu harus menemui ayahmu. Kamu tidak bisa tinggal di sini lagi."
Terpaksa meninggalkan rumah, Kae memulai perjalanan untuk menghadapi masa lalu dan mencari jawaban, sambil melawan kemarahan dan rasa hampa yang membelenggunya.