"Fee?" "Ya, Bar?" "Terima kasih untuk semuanya. Sampai jumpa." Saat itu, ia pergi tanpa syarat. Hilang tanpa suara. Seakan tersesat di kerumunan orang di bandara. Tak ada rasa ingin untuk berbalik memanggil nama ku seperti di kala itu. Bara ku telah terbang. Lenyap ditelan angkasa *** "Bara?" "Kenapa, Fee?" "Mengapa saat itu kau memanggil namaku walau kau tak kenal aku siapa?" "Entahlah, Fee. Hujan tak perlu alasan untuk jatuh ke bumi. Angin tak butuh sebab untuk sekadar lewat di sela dedaunan. Semua telah diatur sedemikian rupa. Saat itu pun, mungkin semesta juga telah menjalankan tugasnya untuk membiarkan ku memanggilmu tanpa syarat." Sekali lagi, di pantai itu ia pergi tanpa pamit. Saat itu tak lagi ku panggil namamu seperti dulu. Desiran ombak mengisi kesunyian. Pasir putih seakan diam tanpa kata. Kau, sekali lagi, hilang. Hilang ditelan sunyinya pantai yang menjadi sejarah akan dua perasaan yang tak pernah dapat ditebak, olehmu dan diriku. -unf