27 parts Complete Mario, adalah laki-laki yang sudah terang-terangan menolakku untuk di ajak serius untuk melanjutkan ta'arufan oleh Abiku. dari tatapannya saja padaku, jelas dia sudah tak berminat. Bagaimana bisa dia berminat. Aku berpenampilan apa adanya, bahkan berpenampilan jauh dari kata menarik.
Laki-laki yang silih berganti dita'arufkan denganku, sama sekali tidak merespon baik, dan memberi harapan. Aku sadar diri, wanita kucel dan kusam sepertiku tidak pantas dengan laki-laki tampan, berkelas, apalagi ganteng, yang mau denganku. lebih pastinya menurutku, dia lebih memilih selera yang setara dengannya.
Sebenarnya, aku tidak ingin memaksa untuk menikah secepat mungkin, meski usiaku yang tidak lah muda. Yakni 28 tahun. Namun, aku sebagai anak sulung diharapkan menikah sampai batas usia 30 tahun oleh Abi. Abi yang juga sudah memasuki usia 60 tahun dan umy 58 tahun. Tentu saja mereka ingin melihatku segera menikah dan memiliki keturunan.
Mereka, selalu bertanya. Sudahkah aku memiliki jodoh atau laki-laki pilihan. Aku hanya merespon dengan gelengan kepala. lalu mereka hanya menarik nafas dalam terutama Abi.
Aku tidak mengerti bagaimana cara mengusahakan jodoh? bukankah semua itu bukan tugasku, mendekati lelaki. Seminggu yang lalu sudah datang lagi laki-laki kedua setelah Mario, namanya Michael. Pria tersebut sama gantengnya dengan Mario, tapi berkulit agak gelap, dan Mario kuning langsat.
Mereka sama dinginnya, dan merespon dengan senyum dingin, dan menolak dengan kata-kata yang halus, yang cukup buatku sadar diri. Semoga Aby cukup melakukan ini semua terhadapku.
Yang ku ingin, adalah laki-laki yang lebih dahulu datang pada keluargaku, untuk mengutarakan niat baiknya, tapi itu hanya hayalan belaka, yang entah kapan akan terjadi.