apa kau tau rasanya tak bisa berjalan?
tak bisa merasakan kaki mu ketanah ?
tak bisa menikmati rasanya berlari, melompat, bermain sebagaimana anak lainnya..
bagaimana rasanya berjalan?
apakah menyenangkan?
bagaimana rasanya berlari?
aku tak tau bagaimana rasanya itu semua.
jika diizinkan, ku hanya ingin meminta kesempatan untuk bisa berjalan walau sekejap.
''heii lihat, anak itu gak bisa jalan, percuma wajahnya cantik tapi gak bisa jalan, nyusahin orang aja''
itulah pemikiran orang kepadaku
ku sudah sering mendengarnya, jadi itu sudah kuanggap sebagai pujian.
jika kau bertanya apa yang ku lakukan jika ku tak bisa berjalan..
aku punya duniaku sendiri, dan tak ada orang yang masuk ke dunia ku..
apa kau tau yang di sebut ''Eneiroi''?
itulah tempat dimana orang sepertiku berkumpul dan diberi kesempatan untuk bisa menjalani hidup secara normal..
Tidak
Ini tidak bisa disebut normal
Ini tempat yang bahkan orang normal tidak pernah mengalaminya
''Aku Fiore, ayoo ikut dengan ku ke Eneiroi, dimana kehidupan tak normal berada''
Hal yang pernah Rafa sesali dalam hidupnya, yaitu menaruh harapan pada seseorang yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dibenci, dihina dan disakiti baik fisik dan batinnya, seakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi remaja yang berusia 17 tahun itu.
Memangnya apa salahnya?
Dia hanyalah, seorang anak yang ingin merasakan keluarga yang sesungguhnya. Bahkan demi mendapatkan hal itu, dia mengabaikan perasaaannya sendiri dan bahkan menjadi orang jahat. Sehingga membuatnya semakin dibenci.
Rafa menyesal. Menyesal pernah berharap agar suatu hari mereka bisa melihat dirinya sebagai saudara dan seorang anak.