Empat tangan kekuasaan dan Batu Sonzaiga. Tersimpan dalam tujuh mantra. Dengan hati yang sehitam malam Penyatu akan menjadi Pemecah dan akhir akan mendekat di pelupuk mata. Empat mahkota berdiri mengangkat pedang dan Penghianat berpaling dari petuah. Kekuatan, kejayaan, keperkasaan, kekuasaan, kedigdayaan, penguasaan jiwa dan nyawa manusia menjadi harta. Pagi menjadi malam, terang menjadi petang. Petuah adalah kekosongan yang diisi untuk dijaga. Sena dan Dany menemukan ruang bawah tanah di bawah tangga dapur rumah Kakeknya. Semua itu bukan tentang menemukan markas bermain dan berbagi rahasia tentang masa kecil. Bersama Tony teman sekolahnya, Sena mencoba berbagi rahasia yang selama sepuluh tahun disimpannya bersama Dani. Dua minggu liburan sekolah ini, tidak bisa diartikan lain selaian perburuan. Ini adalah takdir yang mengantar mereka bertiga pada sebuah rahasia yang coba mereka kuak tentang sejarah rumah mendiang Kakek Sena. Ini bukan dongeng yang biasa mereka tertawakan dari sebuah buku cerita. Mereka terlempar menembus dimensi waktu dan ikut menjadi pemeran dalam sebuah buku aneh berjudul Penyegel. Mereka menghadapi teka-teki, pertumpahan darah, peperangan empat kekuasaan, dan sebuah sejarah yang mengatarkan mereka pada pengujian keteguhan hati untuk tetap bersatu. Harta dan semua perebutan itu menghantarkan pada perpecahan yang bisa membuat tiga tangan mereka tak lagi saling menggenggam. Misi mereka satu mencari tujuh ksatria yang akan membantu mereka memperbaiki masa lalu dan mencegah peperangan dimasa mendatang. Mereka adalah tujuh penyegel batu Sonzaiga, semua menyebutnya Shimla Worior.