Aku sedang berada di kursi tunggu bandara ketika aku mendapat pesan singkat. kubuka layar ponselku dan air mataku hampir saja tumpah meilat backgroun di ponselku, foto suamiku dan pangeran kecil kami George. Pesan dari Agnes kakakku "Take care dear. Be strong." Oh dia selalu memberikanku pesan semacam ini sejak tiga bulan yang lalu, setiap kali aku harus terbang ke Singapore untuk bertemu dengan puteraku. Tiba-tiba sebuah suara mengalihkan perhatianku dari layar ponselku. Seorang bocah laki-laki baru saja datang dan duduk tak jauh dari tempatku duduk. "Momy, we will meet dady soon?"Anak itu bertanya pada ibunya yang sedang asik melihat ke arah layar ponselnya "Yes honey."Ibu itu mengangguk seadanya. "Can I call dady now? Bocah itu kini bergelayut di pangkuan sang ibu, memaksa ibunya mengalihkan perhatian padanya. "This is surprise, we will keep it secreret." Ibu itu kini meletakan ponselnya dalam saku jaketnya lalu memangku anak itu, menjelaskan dengan lembut pada puteranya. "Dady will happy when we come?"Anak itu lagi dan lagi bertanya dengan polosnya. "Of course." Ibu itu kembali meyakinkan puteranya. Entah mengapa melihat mereka begitu dekat, membuatku terluka. Air mataku bahkan perlahan tapi pasti merangsek ke sudut-sudut mataku. Aku segera bangkit dan berjalan menuju toilet. Kuhapus air mataku di sana. Aku bahkan sangat kesulitan untuk bertemu puteraku sendiri, aku hanya memiliki waktu entam jam, dan itu dua minggu sekali dalam setiap bulannya. Dan ini sudah berlangsung sejak tiga bulan yang lalu. Tapi semua ini memang salahku, aku pantas menerima hukuman ini.