Suatu peristiwa aneh telah terjadi. Kho Ing-ti diam saja, tak menangkis maupun menghindari sehingga lengannya tertusuk dan darahnya menyembur keluar. Tetapi Hun-ing pun terkapar rubuh di bawah kaki Kho Ing-ti. Rupanya nona itu juga terkena sebuah pukulan. Saat itu digunakan oleh Siau Lo-seng untuk meronta dan melepaskan diri dari tangan Kho Ing-ti. Rupanya Kho Ing-ti marah karena lengannya terluka dan Siau Lo-seng dapat lepas. Dengan geram ia mengangkat kaki dan hendak menendang Hun-ing yang tak ingat diri itu. "Perempuan hina, engkau cari mampus!" Siau Lo-seng terkejut. Cepat ia taburkan pedang Ular Emas ke arah Kho Ing-ti. Tetapi tiba-tiba sesosok bayangan melayang lebih cepat dari taburan pedang Ular Emas itu. Terdengar jeritan nyaring mengerikan dan Pedang Ular Emas itupun sudah menyusup ke dada orang itu. Dia roboh terkapar di tanah. "Ui locianpwe, engkau......" tiba-tiba pula Siau Lo-seng menjerit kaget. Ternyata sosok tubuh yang melayang ke tengah gelanggang untuk menghalangi pedang Ular emas itu, bukan lain adalah Dewi Mega Ui Siu-bwe sendiri. Tidak seorangpun yang tahu mengapa Dewi Mega bertindak sedemikian anehnya. Mengapa ia mengurbankan diri untuk melindungi Kho Ing-ti. Hiat Sat Mo-li, Cu Li, kedua murid Dewi Mega serempak munghampiri dan berlutut di muka Dewi Mega seraya menangis. "Suhu, mengapa suhu berbuat begitu......?" Tiba-tiba Siau Lo-seng berteriak keras: "Ui locianpwe, aku harus mati, aku telah keliru membunuh locianpwe." Sekonyong-konyong Dewi Mega menggeliat dan paksakan membuka mata, tersenyum sayu.
88 parts