Adara Fredella Ulani, berarti perempuan cantik yang selalu riang gembira dan membawa kedamaian.
Ohh lihat aku sekarang, bagianmana dalam diriku yang membawa kedamaian? Atau aku yang selalu riang gembira? Haha ... kecuali pembawa masalah, aku terima.
Dalam kamus hidup seorang Adara -yang baru 3 tahun lalu direvisi- tak tercantum bagaimana bertingkah manis, menyenangkan, elegan, dan bedebah lainnya yang menyangkut girlish.
Semua itu bermula saat kehancuran hati ibuku, oleh ... ah sebut saja dia bajingan. Mengingat kejadian itu selalu berhasil membakar jiwa lembutku. Membentuk pribadi yang lebih keras dan ya ... orang-orang memanggilku bebal. Ha.
Aku membangun tembok yang tinggi dan besar, hanya untuk membatasi makhluk bernama "pria" masuk. Mengusik apalagi mencoba bermain romansa.
***
Semua orang berpendapat bahwa aku lebih pantas menjadi seorang perempuan. Memasak, aksen bahasa yang lembut, dan penuh perhatian, adalah sebagian hal yang menyangkut dalam diriku. Bahkan ada yang mengatakan bahwa, mungkin saja Tuhan khilaf saat menentukanku. Sehingga sikap yang lemah lembut ini harus terperangkap dalam raga seorang lelaki.
Aku tak peduli dengan spekulasi mereka. Sejauh ini tak ada yang membuatku tersinggung. Karena memang aku menikmati setiap sikap dan sifat yang ada. Ibuku mengatakan, sesama manusia harus mampu bertoleransi. Seburuk apa pun perlakuan orang lain, aku tetap harus menjaga etika.
Haruko Arsenio Magnus, begitulah kiranya Ibuku menamai anak semata wayangnya ini.
***
Cianjur, Januari 2017
MillaChoi
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan