"Kalau begitu, kenapa pergi? Kenapa pergi jika masih sayang?" Lelaki itu tertunduk dalam, menata kata-kata untuk dikeluarkan. "Aku tidak mau jadi pengkhianat, Lan.", Adlan seketika menyambar kedua pundak perempuan itu. "Siapa?! Siapa yang kamu khianati itu, San?", Sandra terdiam, menatap air mata yang menetes dari mata tegas Adlan, yang kini terlihat rapuh. Ia tidak tahan lagi. Adlan menyenderkan kepalanya di bahu Sandra. "Kenapa kamu nggak bisa melupakan masa lalumu?"