SepucukMaaf
Di lorong sepi antara kota dan rinduku, aku menjejak langkah tergesa-membawa titipan haru dan doa yang terbungkus kelabu. Kala fajar menyapaku, jalanan dingin menjadi saksi bisu air mataku yang menetes sembunyi; antara "sampai jumpa" yang tergesa dan janji yang pernah kuucap. Dalam sunyi, aku meraba keberanian untuk memohon maaf-pada luka yang masih berdarah, pada cinta yang kutinggalkan terkatung di ruang hampa.
Inilah kisahku: anak kecil yang terperangkap di tubuh dewasa, menahan beban tanpa tahu caranya membuka pintu hati. Sebuah petualangan rasa yang kelam, namun penuh pelajaran tentang rindu, penyesalan, dan harap yang perlahan merangkak.