Oh, Boss!

53K 1.8K 77
                                    

Bagaimana rasanya kalau suamimu adalah bosmu sendiri?

Hal ini terjadi padaku. Entah kutukan apa yang terjadi dalam hidupku ini. Saat aku berpisah dengan kekasihku tiba-tiba orang tuaku mengenalkanku pada pria yang diharuskan menjadi suamiku saat usiaku tepat 27 tahun. Dia adalah Aditya Chandra Danurdara. Bos berhati dingin dan terkadang lebih galak dari guru BK dan dosen killer. Suaranya itu mirip raungan serigala terakhir.

Auuuuaaahhhhkkk....

Issh!

Well, tiga bulan lalu aku baru saja putus dari Aksa—kekasih selama dua tahun. Belum hilang rasa sakitku akibat perpisahan kini aku dijodohkan dan menikah dengan Adit. Rasanya, ya, kurang lebih nano-nano. Cuma... keluarga Adit bilang kalau pernikahan kami harus disembunyikan. Entah sampai kapan. Alasannya ya, karena aku karyawan di perusahaan tersebut selama aku masih ingin bekerja di sana selama itu pula pernikahan harus dirahasiakan.

"Tolong ya, Pak, saya tidak mau disentuh barang seinchi pun." Itu adalah kalimat pertama yang meluncur dari kedua daun bibirku setelah kami sah menjadi pasangan suami-istri. Tidak ada pesta mewah. Hanya dihadiri orang-orang terdekat. Bahkan aku tidak mengundang sahabat-sahabatku.

Adit dengan mata elangnya menoleh santai. "Kamu pikir aku mau?" Dia berkata seakan aku tidak layak disentuh olehnya.

"Cih!" Kataku sembari membuang muka.

Aku sumpahin nih orang tergila-gila sama aku. Mampus!

"Sok ganteng banget sih!" gerutuku sembari terus mengucap sumpah serapah dalam hati.

Dan di sinilah kami. Di ruangan kantor membicarakan masalah pekerjaan setelah kedatangan Alena—kekasih Adit yang manja. Manjalitah.

"Kamu ngerti nggak sih, Nik?" Tanya Adit tidak percaya dengan kepintaranku. Well, dia emang tidak percaya sama semua orang dan nganggep semua orang itu bodoh kecuali dirinya. Pokoknya menurut dia IQ-nya di atas Albert Einsten, deh. Emang terkadang dia sinting juga sih.

"Ngerti, Pak." Aku mengangguk sekali.                    

"Oh ya, nanti malam kita bakal dinner sama Tante Luisa dan Lala." Dia ngasih tahu dengan gaya cuek dan pandangan mata fokus ke arah laptop. Berasa ngomong sama patung yang bisa bicara. Bener-bener nggak dianggap deh ngomong sama dia tuh.

"Mendadak sekali sih!" Gerutuku. Aku nggak suka pemberitahuan yang mendadak seperti ini. "Aku harus ke salon berarti." Kataku.

"Kenapa setiap kali ketemu sama keluargaku kamu harus ke salon?" Tanyanya dingin.

Aku memutar bola mata dua kali. "Kan katanya aku harus cantik setiap kali ketemu sama keluargamu. Kamu bilang malu kalau aku ketemu mereka dengan penampilan polos."

"Bukan berarti harus selalu ke salon kan?"

"Aku nggak bisa pake make up kecuali bedak, lipstik dan mascara."

Dia menggeleng frustrasi. Aku ingin terkekeh melihat wajah gantengnya yang frsutrasi itu.

"Terserahlah."

Aku menodongkan tangan padanya. Dia menatap tanganku lalu wajahku.

"Apa?" tanyanya.

"Duit. Ke salon butuh duit, Pak."

Di balik pintu seorang pria bernapas pendek-pendek. "Nggak mungkin Pak Adit naksir sama Nika kan? Nggak mungkin banget!"

***

Adit memang sangat loyal padaku. Meskipun galak dan terkadang sinis, tapi setiap kali aku minta duit dia pasti ngasih lebih dari yang aku minta. Aku memasuki ruanganku dengan riang gembira. Ternyata, jadi istri Aditya Chandra Danurdara enak juga ya. Saat membuka pintu aku melihat Ansell, Lanna dan Rara menatapku tajam.

Marriage Life With The Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang