0.3

45 6 6
                                    

Potongan chapter sebelumnya

"Jadi, jika appamu bekerja keras sepanjang waktu. Bukankah dia akan sakit?"

"Nde~," ucap Jaeyoung sedih mendengar perkataan pamannya.

Be With You

"Tapi, kenapa kau berbicara tentang berlari," tanya Taeyong

"Aku menjadi perwakilan kelas untuk lomba estafet,"

"Itu keren banget!"

"Tapi syaratnya, kami harus berlari dengan appa kami."

"Ada paman, jangan khawatir"

"Nanti paman jika kesana tidak jadi lari, malah menggoda guruku di sekolah." Cemberut Jaeyoung

"Yak! Jaeyoung~aa, paman sudah menetapkan hati paman tadi. Jadi tidak ada acara goda-menggoda di sekolahmu,"

"Benarkah?! Tapi aku masih berharap jika appa yang berlari bersamaku," kata Jaeyoung dengan berat hati.

"Jangan khawatir, mari kita kalahkan teman-temanmu," lalu Taeyong dan Jaeyoung high five bersama.

Lonceng toko Taeyong berbunyi, Jaehyun memasuki toko sahabatnya tersebut.

"Appaa~~," teriak Jaeyoung lalu memeluk pinggang Jaehyun.

"Kenapa kau terlihat sangat bahagia," tanya Jaehyun sambil mengelus pelan kepala Jaeyoung.

"Paman Taeyong akan berlari bersamaku dalam lomba estafet di sekolah,"

"Lari estafet?"

"Ndee! Kami seharusnya berlari bersama appa kami, tapi paman Taeyong bilang akan mengalahkan semua teman-temanku," jelas Jaeyoung, Jaehyun menatap sendu ke arah anaknya. Ia merasa bersalah, karena tidak bisa berlari bersamanya.

"Benarkah? Baguslah," ucap Jaehyun sambil terpaksa senyum.

"Dadah~~ paman Taeyong! Semangat beruang kutub," semangat Jaeyoung kepada Taeyong lalu berlari keluar tokonya.

"Terima kasih," ucap Jaehyun sambil mengambil tas Jaeyoung.

"Tidak masalah,"

"Salah satu pelangganku tadi sangat berkelas, apakah kau mau makan mal-"

"Sampai jumpa!" Potong Jaehyun lalu keluar dari toko sahabatnya.

Ke-esokan harinya, Jaeyoung sama gembira dengan acara yang dibuat oleh sekolahnya. Sementara itu Jaehyun berpamitan untuk pulang lebih awal, karena ingin datang ke acara sekolah Jaeyoung.

Ketika Jaehyun berjalan keluar, Mingyu memanggilnya dan menyuruh mengganti lampu yang ada di atas kolom renang.

"Kami mendapatkan banyak keluhan dari pengunjung, lampunya tidak terang dan terus berkedip. Aku ingin menggantinya sendiri, tapi aku takut ketinggian. Aku bahkan tidak bisa mengganti bola lampuku sendiri, bisakah kau lebih cepat?" Oceh Mingyu sangat panjang, seperti jalanan kereta.

Sedangkan di sekolah, Taeyong dan Jaeyoung sedang mendiskusikan taktik agar menang lari estafet.

"Saat paman mendapatkan tongkat dan mulai berlari-..." Oceh Taeyong, Jiyoung melihat kearah gerbang sekolah berharap appanya akan datang dan berlari bersamanya.

"Perlombaan akan di mulai, dimohon untuk menempatkan posisinya masing-masing"

Dengan cepat Jaeyoung berlari ketempatnya, Taeyoung memakai baju seragamnya sambil tebar pesona. Saat ingin memakai baju seragamnya, Jaehyun entah darimana datang dan segera memakai baju seragam untuk lari estafet bersama putranya.

"Appa!" Teriak Jaeyoung senang melihat appanya datang dan memakai seragam.

'Semangat tim Putih'

'Semangat tim Biru'

Perlombaan lari estafet dimulai, Jaehyun sedang menunggu anaknya untuk mengover tongkatnya. Setelah Jaeyoung mendapatkan tongkat, ia dengan cepat lari ke appanya. Namun di tengah jalan tongkatnya sempat terjatuh lalu ia melanjutkan larinya kembali dan dikasihlah tongkat tersebut pada Jaehyun.

Jaehyun berlari dengan cepat sesekali menengok kebelakang melihat Jaeyoung sedih karena sempat menjatuhkan tongkat. Agar tim anaknya menang, ia ingin berlari lebih cepat namun gerakannya seakan-akan melambar, penglihatannya makin tidak jelas, jantungnya berdebar sangat kencang, dan akhirnya badannya terjatuh. Seketika penglihatan Jaehyun menghitam.

"Appaaa!" Teriak Jaeyoung melihat appanya terjatuh.

Sebelum matanya tertutup, Jaehyun sempat melihat Jaeyoung dan Taeyong berlari ke arah.

Setelah kejadian tadi, Jaehyun dan Jaeyoung pulang. Jaehyun menggendong Jaeyoung di punggungnya saat menuju pulang ke rumahnya, jika kalian bertanya dimana sepedanya. Sepeda itu sedang menginap di bengkel, karena sudah terlalu tua.

"Appa pasti sudah membuatmu malu,"

"Tidak!" Ucap Jaeyoung memeluk erat leher appanya, "Appa tidak meninggalkanku kan?" Jaehyun berhenti sejenak.

"Appa takkan kemana - mana tanpamu Jaeyoung," jawab Jaehyun dengan tersenyum.

"Janji?" Jaeyoung menunjukkan jari kelingkingnya, lalu Jaehyun menautkan jari kelingkingnya. "Janji! Jaeyoung~a pegangan yang erat kita akan menggunakan kecepatan penuh untuk sampai ke rumah."

Jaeyoung mengeratkan pelukannya, lalu Jaehyun berlari. Mereka tertawa puas, jalan menuju rumahnya tidak jauh. Maka dari itu Jaehyun tidak terlalu lelah.

To Be Countined

-Preview-

"Appa kajja kita ke stasiun, hujan sudah turun. Kasian eomma sendirian di stasiun"

"Appaaa ada seseorang di terowongan itu"

"Kamu baru saja pulanv dari rumah sakit, dan saat pulang kita terpisah. Lalu kamu tersesat."

•••
Akhirnya update walaupun dikit, maaf ya bosen pasti :((

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be With You | JaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang