Chapter 9

2 3 0
                                    

Brukk...

Anak laki-laki sekitar berusia 5 tahun menabrak Revin. Hari ini Revin mengantarkan Anastasia kerumah sakit untuk pengobatan alkoholisme dari Anastasia.

"hey adik tampan, mau kemana?" tanya Anastasia begitu ramah.

"bunda." ujar anak laki-laki itu.

"kamu cari bunda?" tanya Anastasia sambil setengah jongkok untuk menyamai tinggi anak tersebut. Anak tersebut mengangguk mengartikan bahwa pertanyaan yang di ajukan Anastasia memang benar.

"bunda kamu di rumah sakit ngapain?" tanya Anastasia untuk mempermudah mencari sosok ibu dari anak ini.

"bunda perutnya besar, ada adik bayinya." jawab Anak laki-laki tersebut.

"ahh bunda kamu pasti lagi periksa dedek bayinya." ujar Anastasia.

"kalau gitu yuk kita ketempat bunda kamu." ajak Revin sembari menggendong anak laki-laki itu.

Diwaktu yang sama Zelle dan Vina masih berusaha mencari ruangan Nana di rumah sakit yang cukup besar ini.

Iya, ibu Nur menelpon Vina memberi tau bahwa Nana masuk rumah sakit karena sakit perut.

"diruangan apa si Nana?" tanya Vina.

"Anggrek 1 kata perawat itu." jawab Zelle.

Vina seketika menghentikan langkahnya saat melihat sebuah pemandangan yang cukup tidak menyenangkan.

"kenapa Vin kok berenti?" tanya Zelle bingung.

"itu..." jawab Vina sambil sambil menunjuk kearah sepasang pria dan wanita menggendong seorang anak laki-laki memasuki ruangan kandungan.

"Revin?" sama terkejutnya Zelle saat melihat mantan kekasihnya bersama sosok perempuan dengan anak laki-laki.

"siapa cewek itu Zell?" tanya Vina.

"gue gak tau Vin, kemungkinan selama ini Revin udah berkeluarga, dan kemungkinan kedua Revin punya hubungan sama janda anak 1." jawab Zella, "apa gue samperin ya, gue labrak gitu?" sambung Zelle meminta saran dari Vina.

"jangan Zell, lo udah ga ada hak buat ngelabrak Revin." jawab Vina sambil menarik tangan dari sahabatnya itu.

***

"heh, lu kok bisa masuk sini?" tanya Vina saat sudah bertemu dengan sahabatnya, Nana.

"iya kok bisa sama ibu Adio?" tanya Zella.

"tadi pagi gue bingung mau kemana, ya udah deh akhirnya gue ke tempat ibu aja, trus gue go-food makan tapi karna terlalu pedes mangkanya gue sakit perut." jawab Nana menceritakan kejadian yang dia alami.

"makasih banyak ya bu, jadi ngerepotin." ujar Vina kepada bu Nur.

"gak papa sayang, ya udah ibu pamit pulang dulu ya." ujar Ibu Nur berpamitan untuk pulang.

"iya bu Makasih banyak ya." ujar Nana.

"cepet sembuh ya Nana." kalimat terkahir yang disampaikan bu Nur sebelum keluar dari ruangan.

"kapan lo boleh pulang?" tanya Vina.

"besok mungkin udah boleh." jawab Nana sambil mencari lembar halaman Komiknya.

"Zelle lu balik aja, biar Nana gue yang jagain." ujar Vina.

"ya udah deh gue balik ya, bye." jawab Zelle sambil keluar dari ruangan.

"Zelle kenapa?" tanya Nana heran.

"Nana, cepet sembuh ya." sosok Zelle muncul lagi untuk mengucapkan kalimat itu, lalu pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

"tadi kita bedua liat Revin sama cewek bawa anak." ujar Vina sambil mengotak ngatik handphonenya di sofa.

"ha? Revin udah punya anak?" tanya Nana cukup terkejut. Reaksi Nana di luar dugaan Vina. Vina hanya mengangkat kedua bahunya mengisyaratkan bahwa ia tidak tau pasti. "kurang ajar tu cowok, sekrang dia dimana?" sambung Nana bertanya

"mau diapain?" tanya Vina.

"ajarin gue muay thai Vin. Berani banget dia kalo udah berkeluarga masih mau ganggu Zelle." ujar Nana. Vina hanya tersenyum melihat reaksi dari Nana.

Walaupun mereka berdua sering bertengkar, tanpa di sadari Nana pun sangat peduli kepada Zelle. Dia tak mau seseorang menyakiti sahabatnya.

"awas aja kalo Adio berani macem-macem sama lo." ancam Nana.

"lah kok tiba-tiba ke Adio?" tanya Vina heran dengan raut wajah sedikit kesal. Nana hanya membalasnya dengan senyuman dan menaikan kedua alisnya.

Diwaktu yang bersamaan Zelle berjalan sendirian di trotoar. Hari sudah larut malam, ini sudah sekitar jam 22.17. Zelle berjalan dengan lamunan yang cukup terlihat.

"Zelle." panggil sosok laki-laki.

'Revin.' batin Zelle sebelum melihat sosok laki-laki itu. Rasanya sudah hafal dengn suara berat dari Revin.

Dan benar, itu Revin. Dia didalam mobil bersama sosok wanita.

'pasti itu cewek tadi.' batin Zelle.

"Zelle lo mau pulang? Masuk mobil gue. Ini udah malem." pinta Revin sambil keluar dari mobilnya.

"gak usah makasih." tolak Zelle.

"gue minta bukan sebagai pacar atau mantan pacar lo, gue minta sebagai temen lo." Revin masih mencoba membujuk Zelle. Zelle tak menjawab dia hanya diam. "gue denger kabar 2 minggu yang lalu, disekitar sini ada cewek yang di culik trus dibun-" belum sempat menyelesaikan perkataan Revin, Zelle sudah membuka pintu mobil Revin.

Zelle cukup penakut untuk hal penculikan, ia teringat kejadian dua tahun yang lalu saat ia diselamatkan oleh Vina.

Revin tersenyum.

'siapa cewek itu? Apa gue tanyain ya? Basa-basi atau apa? Tapi buat apa kok gue kepo amat, anak laki-laki tadi kemana ya? Apa gue coba tanya aja, biar ga canggung, pasti tu cewek tau kalo gue mantan Revin, eh tapi gue rasa gak perlu deh. Bersikap cuek mungkin lebih keren.' batin Zelle dalam hati.

Zelle yang duduk di kursi belakang masih memperhatikan dengan detail ke perempuan yang ada didepannya.

Zelle merasa perempuan itu tertidur cukup lelap.

Revin menjaga kepala Anastasia agar tetap stabil tidak terbentur pintu mobil.

'apaan sih, Revin alay banget. Mau manasin gue kali ya. Dikira gue belum move on gitu.' batin Zelle dalam hati.

"btw, lo ngapain kerumah sakit Zelle?" tanya Revin.

"Nana sakit." jawab jutek Zelle.

"Nana? Sakit apa? Bisa sakit juga tu bocah." ujar Revin sambil diiringi kekehan kecil.

"sakit perut." lagi-lagi Zelle bersikap jutek kepada Revin.

"Vina?" tanya Revin.

"nginep dirumah sakit." Zelle masih bersikap cuek kepada Revin.

Revin tersenyum.

Aneh.

***

Hai guys ketemu lagi ni kita.

Tencyu ya yang udah baca sampe sini.

See you next chapter wak! Bye.

Friends or Secret SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang