Chapter 10.

1 2 0
                                    

Matahari membangunkan Nana yang 2 hari yang lalu baru pulang dari rumah sakit. Hari ini Nana ada jam kulaih, dan dia langsung segera bergegas untuk kekamar mandi.

Vina dan Zelle pikir, Nana gesit karna rajin ternyata salah, Nana gesit karna dia kebelet eek.

Sekitar 30 menit Nana mengisi kamar mandi, dia keluar mandi tanpa keramas rambut.

"dih lo lama-lama di kamar mandi ngapain, keramas juga enggak." celoteh Zelle kesal menunggu Nana.

"boker." jawab Nana sambil mengalungkan handuknya di leher.

"ada jam kulaih Na?" tanya Vina.

"ada Vin, mau ngajuin Wisuda duluan." ujar Nana. Ya walaupun Nana pemalas dan jorok, ada yang bisa dibangga kan dari Nana ya itu kemampuan berpikirnya yang lumayan bagus dan publik speaking nya yang emang bisa dibanggakan. Wajar, Nana anak ilmu komunikasi.

Ya walaupun teknik komunikasinya yang bagus, tak dipungkiri bahwa Nana lebih banyak gak nyambung kalo diajak ngobrol sama temen-temennya. Otaknya pun bisa memilih kepada siapa otaknya akan merespon.

Ipk Nana dalam semester akhir ini cukup bagus.

Seperti biasa baju hitam andalannya dilapisi hoodie oversizenya, celana dasar dan sepatu ket berwarna putih mengisi ootd Nana hari ini. Dan tak lupa rambut yang diikat sedikit berantakan dan ia membawa almamater hijau kesayangannya.

Tanpa pamit Nana meninggalkan kedua sahabatnya.

"Zelle, Nana tadi kemana?" tanya Vina.

"mana gue tau." ujar Zelle yang masih memasang beberap aksesoris di kepalanya.

"halo na, lo dimana?" tanya Vina melalui telpon genggam miliknya.

"dibis, ngarah kekampus." jawab Nana dari sebrang telpon.

"dasar lo gilak, gak pamitan. Gue juga ada jam ngampus, kirain mau bareng." ujar Vina sedikit kesal.

"mana gue tau, lo ga bilang." jawab Nana dengan nada bicara tanpa rasa bersalah.

Vina mematikan telponnya.

"earphone gue mana ya?" tanya Vina.

"kagak tau Vin." jawab Zelle sambil melirik kesal kearah sahabatnya

Diwaktu bersamaan Nana di rangkul oleh sosok laki-laki yang bertubuh lebih tinggi dari Nana, dia teman sefakuktas Nana. Alasan Nana berteman dengannya karna dia pintar. Ya sebenarnya Nana menganggapnya sebagai saingan.

"woy Na, disumpel muluk tu kuping pakek earphone." sapa laki-laki itu. Yaps benar, earphone yang dipakai Nana adalah earphone milik Vina.

***

Zelle duduk meringkuk diantara mobil-mobil yang berlalu lalang di jalan raya. Klakson mobik tak berhenti mengisyaratkan Zelle untuk menepi. Zelle terlihat gemetar dan ketakutan.

"Zelle lo gak papa?" tanya sosok laki-laki yang berhasil membawa Zelle menepi kepinggir jalan.

"Revin gue takut." ujar Zelle menangis di pelukan Revin. Zelle masih terlihat gemetar dan berkeringat. Revin mencoba menenangkan Zelle.

Saat Zelle sudah lebih tenang, Revin memberi sebotol air mineral.

"lo beneran udah gak papa Zell? Gak perlu kerumah sakit?" tanya Revin khawatir.

"gak perlu, gue cuma butuh istirahat aja." ujar Zelle ketus.

Diwaktu yang bersamaan Vina masih sibuk mencari keberadaan Nana di segala sudut gedung universitas.

Vina mengkhwatirian earphone miliknya.

"kenapa si elo nyariin Nana, sepenting itukah?" tanya Adio yang sedari tadi membantu Vina untuk mencari Nana.

"iya penting. Itu earphone kesayangan gue." ujar Vina.

"ya udah tunggu pas pulang aja, kan kalian tinggal satu rumah." ujar Adio.

"kalo lo ga mau bantuin gue nyariin Nana gak usah di bantuin." ujar Vina ketus.

Adio sedikit heran, mengapa hari ini Vina begitu cuek dan ketus dengannya. Apa kah dia melakukan kesalahan.

"Vin, gue minta maaf ya kalo gue ada salah sama lo, lo jangan marah deh. Pukul gue aja ga papa." ujar Adio memohon kepada Vina.

"beneran gak papa?" tanya Vina. Adio diam sejenak, dia mengingat kejadian terakhir kalinya ia mengizinkan Vina untuk memukulnya di hari itu juga Adio harus rongsen. Dan di ingat-ingat kembali propesi Vina sabagai atlet muay thai membuat Adio mengurungkan niat nya mengizinkan Vina memukulnya.

"jangan Vin, cubit aja deh cubit." ujar Adio, membayangkan Vina memukulnya saja sudah membuat Adio bergedik ketakutan.

Bagi Nana seharian berada di kampusnya cukup melelahkan. Nana memasuki ruang yang cukup sunyi, perpustakaan.

Menelusuri setiap rak buku, mencari buku apa yang cocok di baca saat ini.

'cara cepat dapat pekerjaan setelah wisuda' judul buku yang membuat Nana tertarik.

Dua tangan yang berbeda meraih satu judul buku yang sama. Nana menoleh ke pemilik tangan tersebut.

Dan...

"Aghata?" ujar Nana terkejut, "kan lo bener-bener penguntit, ngapain lo ngikutin gue sampe sini?" sambung Nana sambil menarik tangannya agar menjauhi Aghata.

"lo salah paham untuk ketiga kalinya. Gue disini kuliah, gue kuliah disini." jelas Aghata sambil mengerutkan dahinya, merasa heran dengan sikap Nana.

"ga usah sok asik." ujar Nana sambil meninggalkan Aghata.

Eittss Nana balik lagi.

"buku gue." ujarnya sambil mengambil buku yang ingin ia baca tadi.

Aghata hanya menggeleng, heran dengan sikap yang dimiliki Nana.

Nana duduk disebuah pohon yang cukup rindang sambil membaca buku yang mempunyai jumlah halaman cukup tebal.

'nutribiist' batin Nana saat melihat sebotol minuman favoritenya berada didepannya.

'Aghata?' batin Nana saat melihat siapa yang membawa minuman favoritnya itu.

"gue beli satu gratis satu, sayang kalo dibuang. Gue liat lo ada disini jadi gue kasih ke elo aja." ujar Aghata menjelaskan sebelum Nana menyebutnya sebagai penguntit.

"thanks." ujar Nana sambil menerima minuman itu. Tanpa basa basi Aghata meninggalkan Nana.

***

Hi guys ketemu lagi nihhh.

Yuk aku pengen tebak-tebakan ni

Hadiahnya up double/up triple ni

Udah berapa chapter yang ada di draft ku sekarang?

Kalo ada yang bener, mingdep aku bakal up lebih dari 1 chapter.

See you next chapter wak! Bye...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friends or Secret SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang