Happy ReadingAwal Januari dengan tahun yang baru, seruan sang angin memanggil malam untuk berlabuh. Senja yang pudar dengan rintik yang datang semakin menjadi. Harapan, itu yang diinginkan.
Tangan yang terkepal didepan dada dan mata yang tertutup, berdoa kepada sang pencipta. Sapuan yang terasa menerpa wajah yang masih terpenjam. 'Tuhan... ' masih berlanjut sampai terdengar suara yang datang ke arah rumahnya. Membuka mata, mengarahkan pandangan kearah sosok yang baru sampai dengan helm yang terbuka dan senyum yang dilayangkan kearahnya.
'Akhirnya... ' ada rasa gembira dari seorang dibalik jendela tersebut. Membalas senyum, kemudian berlari menuju tangga bawah dengan rindu yang perlahan meluap.
'Davin... '
***
" Dengar Vin, Bapak nggak setuju kamu pilih dia! " Bentak lelaki paruh paya itu ke arah pria yang masih mematung tanpa ada sautan.
"Dia itu laki Vin, dia itu sama seperti kamu! Kenapa kamu bisa menyimpang kayak gini, Bapak kecewa sama kamu, " Lanjutnya meninggalkan Davin yang masih mematung diruang tengan.
"Nak, " Panggil emak Davin ke anaknya.
" Emak gak bisa dukung apa keinginan kamu yang sekarang, apa yang bapak kamu ucapkan itu benar ditambah dengan agama kita yang tidak membenarkan hal itu. Tolong pikiran baik-baik, kamu pilih keluarga mu atau dia, bukan hanya dosa besar yang kamu dapatkan nak, tapi pandangan masyarakat yang tidak bisa kamu hindari setelahnya. " Tutur emak memeluk anaknya, mengusap rambut dengan penuh kasih sayang.
Davin hanya bisa terdiam untuk kesekian kalinya, bimbang itu yang dia rasakan. Dia mencintai Rain tapi bagaimana dengan emak dan bapak yang tak bisa menerima pilihannya. Tanpa sadar Davin menangis, pikirannya kalut, dia bingung.
" Emak, maaf... " Ujar Davin kala tangis itu semakin menjadi. Untuk pertama kalinya emak melihat anaknya menangis untuk seseorang. Anak yang begitu yang selalu dibanggakan dan mandiri itu menangis dipelukannya, Emak mengeratkan pelukan kepada Davin kemudian menepuk pundak kokoh tersebut.
"Nak... "
***
Seminggu, waktu berlalu. Rain memandang hujan di pertengahan malam itu. Sejak kejadian dimana ayah dan ibu mengetahui hubungannya dengan temannya itu, ayah mengurungnya untuk tidak keluar rumah sampai hari ini.
Kemarahan dan kekecewaan dari keluarga nya masih terbayang dibenak Rain, dirinya yang bisa menangis, meringkuk tanpa bisa berkata apa-apa. Rain mengerti, banyak kekecewaan yang dilayangkan kepadanya. Ayah, ibu, kak Asta semuanya diam sejak hari itu. Tidak ada tawa lagi dirumah atau gurauan dan jahilan kakaknya kepadanya. Rain tahu, dia tidak berguna.
" Den, makan dulu. " Panggil Bi inah membuka pintu.
Rain terdiam sesat " Simpan saja Bi, nanti aku makan. "
Bi inah meletakan nampan tersebut di meja samping tempat tidur, lalu menutup pintu kembali setelahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] I Want Him
Teen Fiction"Gue pernah melukai banyak orang buat bisa sama lo. " Davin_ "Satu hal yang harus kamu ingat, ada orang tua yang harus kamu bahagiakan. " Rain. "Kita mungkin berpisah sekarang, tapi entah apa yang terjadi nanti itu lebih baik. Waktu terus berjalan...