Kumandang azan subuh terdengar begitu nyaring, suara kicauan burung pun terdengar sampai ke dalam kamar seorang anak remaja bernama Rechan. Pagi itu hari senin, hari di mana orang-orang akan memulai aktivitasnya.
Ah, untung saja Rechan sudah melewati tahap sulit itu. Sekarang ia hanya tinggal menunggu untuk masuk ke tahap yang lebih sulit.
Rechan meregangkan tubuhnya sesaat setelah bangun karena mendengar suara azan subuh yang berkumandang. Dengan keadaan setengah sadar, Rechan melangkah ke kamar mandi. Masih dengan mata yang terpejam, Rechan mencoba berdiri di depan cermin wastafel untuk membasuh mukanya guna menghilangkan rasa kantuk.
Tubuh Rechan bergetar, lantaran setiap pagi air di rumahnya sangat dingin karena efek dari daerah perumahannya yang dekat dengan pegunungan, sehingga membuat air di daerah Rechan tinggal cukup dingin.
"Ya ampun dinginnya," gumam Rechan yang kini tengah berdiri di depan keran air dekat shower. Rechan memejamkan matanya sejenak sambil tangannya bergerak mengambil air wudu untuk melaksanakan salat subuh.
Saat keluar dari toilet, Rechan sempat berdiri di depan cermin panjang dekat samping gantungan tas miliknya, kemudian dia memakai sarung dan juga peci.
"Anjay, ganteng pisan," puji Rechan mengagumi dirinya sendiri di depan cermin. Setelah itu, kemudian Rechan melaksanakan salat subuh dengan sangat fokus.
Perlu waktu tujuh menit bagi Rechan menyelesaikan salat subuh, hingga akhirnya ia mengucap salam dan berdoa, "Ya Allah, ini Echan. Ya Allah, bismillah, hari ini Echan berdoa supaya gak hujan. Hari ini Echan juga berdoa mudah-mudahan Echan diberi kebahagiaan, mama, ayah, sama si aa semoga sehat selalu. Aamiin," ucap Rechan sambil mengadahkan tangannya. Kemudian lengan anak itu bergerak mengusap wajahnya supaya doa-doanya hari ini terkabul.
Setelah ia membereskan peralatan salatnya, Rechan berjalan ke balkon kamar untuk mengambil handuk yang kemarin sore ia jemur. Saat membuka pintu balkon itu, udara dingin menusuk kulit Rechan, membuat tubuh anak lelaki itu bergetar kedinginan. Buru-buru Rechan mengambil handuknya dan kembali masuk kedalam kamar.
"Andai dipisah, laut dan pantai, tak akan goyah. Gelora cinta. ANJAY!" teriak Rechan dari dalam kamar mandi.
Rechan memang seperti itu, setiap kali mandi dia pasti selalu berteriak sambil menyanyikan beberapa lagu kesukaannya. Rechan bahkan pernah membawa speaker bluetooth ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Rechan lalu berjalan menuju lemari, mencari seragam putih abu-abu miliknya yang sudah digantung. Rechan mengambil seragam itu, kemudian tak lama ia memakainya. Anak remaja itu pun kembali berdiri di depan cermin sambil merapikan kerah bajunya. "Terakhir nih bos," ucap Rechan berguma di hadapan cermin.
Iya benar terakhir, sebab hari ini Rechan akan mengambil surat kelulusan ke sekolahnya. Setelah sebelumnya berjuang menghabiskan waktu selama tiga tahun di Sekolah Menengah Atas, akhirnya hari ini adalah hari kelulusannya.
Saat sedang bercermin, tiba-tiba saja ponsel Rechan berbunyi, menandakan pesan masuk. Rechan berjalan ke arah meja belajarnya untuk mengambil ponselnya dan melihat pesan dari siapa yang masuk.
Setelah membaca pesan dari teman-temannya, ia terkekeh pelan sambil memasukan ponselnya ke dalam saku sekolahnya. Rechan kemudian bersiap mengambil tasnya yang sebenarnya tidak ada apa-apa. setelah itu Rechan mematikan lampu kamarnya dan kemudian ia pergi dari kamar menuju ruang makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
22.40 Aming & Rechan
Fanfiction"Aa, Rechan sayang pisan sama aa, jangan ninggalin ...."