Bagian 2 : Beban si Bungsu

2.2K 410 22
                                    


    Dengan langkah lemah, Rechan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, karena sebelumnya Rechan pulang dari sekolah mengambil surat kelulusan. Entahlah, rasanya lelah, padahal aslinya Rechan tidak melakukan hal yang membuat fisiknya capek. Namun anak ini terlihat sangat lelah.

    Sesampainya di dalam kamar Rechan langsung saja merebahkan tubuhya di kamar kesayanganya itu sambil menyalakan air conditioner guna meredakan rasa panas di tubuhnya akibat sengatan matahari dari luar rumah tadi.

    Rechan memejamkan matanya sambil merasakan perasaan dingin yang mulai memenuhi kamarnya itu.

    Rechan merupakan anak yang sebentar lagi menginjak umur delapan belas tahun. Seorang anak yang baru saja lulus sekolah menengah atas, dan seorang anak yang menjadi harapan keluarganya.

    Sejujurnya, Rechan ini cukup periang. Di antara semua teman-temannya, Rechan lah yang selalu membuat suasana menjadi cair dan menyenangkan. Rechan tidak pernah kesusahan perihal bersosialisasi dengan orang banyak, sebab Rechan selalu punya cara untuk membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman.

    Jika bagi kebanyakan orang jadi bungsu itu menyenangkan, itu memang benar. Dan juga jika kebanyakan orang berpikir jadi bungsu itu sulit, itu juga benar.

    Rechan Bagaskara kepanjangannya. Rechan merupakan anak bungsu dari keluarga Bagaskara. Memang benar, jadi bungsu itu menyenangkan termasuk bagi Rechan. Bagaimana tidak? Rechan ini bisa dibilang adalah anak bungsu idaman semua orang, sebab ia selalu dimanjakan oleh keluarganya. Apapun yang Rechan inginkan, pasti akan diberikan. Apalagi Rechan ini dikenal karena merupakan anak dari seorang pengusaha batu bara bernama Yono Bagaskara. Orang-orang pasti beranggapan jika hidup Rechan sangatlah enak. Ya memang enak sih, tidak salah.

    Namun, jika kalian lebih dalam mengenal Rechan. Dia ini bukan hanya anak bungsu manja yang selalu diberi apapun oleh orang tuanya. Rechan juga bukan anak yang suka menghamburkan uangnya, kecuali untuk membeli kuota dan game.

    Memang benar, jadi anak dari keluarga yang memiliki privilege itu enak. Namun berbeda dengan Rechan, meskipun dia terlihat ceria, tanpa beban. Tapi, jauh dari dalam lubuk hatinya, Rechan ini menyembunyikan banyak hal.

    Mulai dari Rechan yang tidak pernah suka terlibat dalam hal-hal yang berbau perkerjaan kantor seperti sang ayah, kemudian ia yang tidak suka jika orang-orang selalu memandang keharmonisan kelurganya karena uang. Ia yang tidak suka jika orang-orang selalu menganggap jika Rechan ini gampang sekali dimintai uang karena kaya. Juga, ia yang tidak pernah suka jika orang-orang yang selalu meremehkan Rechan sebab ia adalah anak dari orang kaya.

    Pernah sekali waktu itu, tepatnya saat Rechan berada di kelas sebelas, ia marah kepada teman satu kelompoknya, karena temannya itu mengatakan jika hidup Rechan enak, tinggal bayar semuanya selesai. Bahkan temannya itu pernah mengatakan jika nanti Rechan berkuliah, ia tidak perlu memikirkan ujian masuk, sebab Rechan mempunyai uang untuk membayar lebih besar.

    Demi apapun, waktu itu Rechan marah pada teman kelompoknya itu, bahkan ia sampai melayangkan pukulan, karena temannya selalu memandang materi yang dimiliki Rechan. Hal itu lantas membuat keduanya saling adu jotos dan berakhir di ruang bimbingan konseling

    Jujur saja, meskipun Rechan ini dari keluarga yang perekonomiannya sangat baik, ia tidak pernah sekalipun membanggakan harta orang tuanya kepada orang-orang. Di sekolah, di tongkrongan, dan bahkan di lingkungan perumahannya, Rechan ini dikenal ramah, lucu, dan baik sekali. Ia tidak pernah memandang orang lain buruk. Recha bahkan berteman dengan siapapun yang menurutnya baik. Dan untungnya, meskipun Rechan baik kepada semua orang dan berteman dengan siapasaja, Rechan tidak pernah sekalipun terbawa arus pergaulan yang tidak baik.

22.40 Aming & RechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang