- Maya - Oleh : Dhany Tabais

2 1 0
                                    

Kamu adalah diksi yang paling aku benci, setelah temu yang kau sajikan sore itu.
Meninggalkan sesaknya rindu dengan begitu romantis dalam detak nadi hari-hariku.
Bisaku hanyalah menyetubuhi bayangan datar wajahmu bersama mekar senyum yang mengakar.

Hingga bias indah senja terindah dari matamu, menenggelamkan diriku dalam kerinduan yang paling membunuh.
Keadaan dimana aku harus tertatih dan berdarah-darah mencari sisa terang dalam kalut jiwa olehmu.
Bersama puing-puing harapan yang tersisa, kuputuskan untuk mengubur kenangan kita.

Lalu tanpa mengingat apa pun aku kembali menjumpaimu dalam rekah senyum.
Tetapi puncaknya adalah aku tetaplah pengecut yang terlihat jelas di kelopak mataku.
Dengan rasa takut yang paling aku takutkan.
Ketika diam-diam aku masihlah tetap masih mengencanimu indah dalam syair-syair sajak.

Kau pun dengan angkuhnya menjadi bongkahan rasa yang keras kepala, berlaku dingin sedingin benua kutub.
Hingga pada akhirnya harus aku akui, bahwa temu kali itu hanyalah semu yang menghadirkan harapan yang tak pernah nyata aku peluk.

Kupang, Nusa Tenggara Timur
29 Desember 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Puisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang