Langit kini tengah menonton film di laptopnya, sembari mengecek ponselnya sesekali ketika ada pemberitahuan yang masuk. Langit jelas menunggu pesan dari Bundanya, sampai senyum di bibirnya muncul saat mendengar nada dering di ponselnya berbunyi. Tumben Bunda telfon? Pikirnya. Ia langsung meraih ponselnya tetapi sepersekian detik kemudian kedua alisnya bertaut melihat Bukan nama Bundanya yang tertera di ponselnya
Binta's Calling
Entah mendapat dorongan darimana seorang Langit yang tak pernah menghiraukan telfon dan pesan selain dari bundanya mengangkat telfon dari Binta,
Hening.
Langit tak mendengar suara apapun sekarang, ia juga enggan untuk memulai percakapan. Tetapi bukannya mematikan sambungan telfon, entah kenapa Langit masih menunggu gadis itu untuk membuka suara.
"BUKA PINTUNYA BANGS*T"
Langit terkejut sesaat, apa - apaan ini? Binta mengerjainya? Kenapa malah suara laki - laki yang muncul? Saat Langit ingin membuka suara, getaran di ponselnya membuatnya menjauhkan ponsel dari telinga untuk melihat pesan yang masuk.
Binta
Tolongin gue!Binta
Toilet cewek deket aulaBinta
Please Lang...Langit dengan segera turun dari kasurnya setelah membaca pesan dari Binta, meraih hoodienya dengan cepat dan mengganti celana pendeknya dengan ripped jeans yang berada tak jauh darinya. Tak lupa dengan kunci motornya, Langit berlari keluar kamar, menaiki motornya dan segera menuju ke sekolah.
Pikiran Langit tiba - tiba menjadi tak karuan, jantungnya yang biasa berdegup normal sekarang menjadi sangat menggebu. Jarak rumah ke sekolahnya tak terlalu jauh, tapi setidaknya memakan waktu 10 menit untuk sampai kesekolah. Kini Langit menjadi semakin panik, bagaimana kalau ia terlambat? Apa yang akan terjadi pada Binta? Lagi pula kenapa sudah jam segini Binta belum pulang? Perasaan Langit makin tidak karuan, ia segera menambah kecepatan motornya tak peduli dengan suara klakson pengendara lain yang merasa terganggu dengan cara mengemudinya yang ugal - ugalan.
Untuk pertama kalinya, Langit panik karena seseorang sedang dalam bahaya.
.。*゚+.*.。.。*゚+.*.。.。*゚+.*.。
BRAAKKKK!!!
"SIALAN LO! MATA GUE!" Reksa sedikit terdorong kebelakang akibat matanya yang terkena semprotan air, Binta langsung mendorong tubuh Reksa agar ia bisa keluar dari tempat itu
"Aaahhh!" Binta berteriak saat merasakan sebuah tangan menarik rambutnya dengan keras.
"Jangan main - main sama gue" ucap Reksa dingin.
Reksa memutar tubuh Binta agar menghadap ke arahnya, masih dengan tangan kanannya yang mencekram rambut Binta. Kini tangan kirinya telah melingkar di pinggang ramping milik Binta, sedangkan gadis itu hanya menangis ketakutan tak tahu harus bagaimana lagi karena Reksa benar - benar sudah menyudutkannya dan mengunci pergerakannya.
"J-jangan gini kak" suara Binta bergetar, ia makin takut saat Reksa mulai menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Binta menghisap aroma tubuh gadis itu dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langitnya Binta
Teen FictionLangit punya alasan tersendiri kenapa ia tak suka keramaian. Tapi, Langit tak pernah punya alasan untuk tidak menaruh hati pada Binta gadis menyenangkan yang suka keramaian. »»--⍟--««