[ FAUZAN - 1 ]

198 25 24
                                    

Happy Reading❤


****


"Assalamualaikum!"dengan semangat Indah mengucap salam kala sudah sampai didepan pintu kelas Fauzan. Dengan senyum pepsodent andalannya.

"Waalaikumsalam,cari suaminya yaa?"goda Bu Tika seperti hafal betul tabiat anak didiknya satu ini.

Kebiasaan sebelum bel istirahat,menunggu kelas Fauzan satu menit sebelum bel berbunyi. Para guru sudah tidak mempermasalahkannya lagi,toh jika diperingati gadis satu ini akan membantah. Dua tahun sudah Indah melakukan kebiasaan ini.

"Hehe,Bu Tika tau aja. Saya mau minta uang bulanan" ceplos Indah tak tau malu. Semua murid yang ada dikelas Fauzan sudah biasa dengan kelakuan abstrak gadis satu ini.

Fauzan yang mendengar itupun membuka matanya yang semula terpejam. Mengamati Indah secara diam-diam. Menghela nafas karena merasa lelah harus berurusan dengannya lagi.

Kringg!

Bel istirahat berbunyi dan itu membuat senyum Indah melebar. Menunggu Fauzan keluar kelas dan mengajaknya pergi ke kantin bersama.

"Ayang beb,kantin yukk" ledekan salah satu siswa yang sudah keluar kelas. Abimanyu. Indah menoleh kearahnya dengan tatapan jengkel kemudian menatapnya iba.

"Kasian jomblo,mana masih muda lagi,ck ck!" decak Indah keras.

"Idiww,gini-gini crush gue banyak" ucapnya tak mau kalah.

"Iya deh iya,yang jomblo mah beda" sindirnya.

"Gue punya cewek ban--"

"Punya mbak crush banyak tapi jomblo kann!" potongnya dengan kesal. Jomblo mah jomblo aja gak usah ngaku-ngaku ada.

"Udah deh,cinlok tau rasa lo" Satria menengahi perdebatan kecil itu dan menarik paksa Abimanyu menjauhi Indah. Mereka berdua masih menyorot tajam seakan ada sinar leser dimatanya.

"Lo gue END!" Abimanyu menggerakkan jempolnya kedaerah leher seakan-akan tengah memotong leher.

"Ba-cot" balasnya.

Dengan sisa kesabaran ia menunggu Fauzan diluar pintu kelas. Berjongkok,berdiri,menyamping,mempreteli poster didinding,semua itu sudah ia lakukan kala menunggu Fauzan.

5 menit berlalu dan kelas sudah mulai kosong,tetapi Fauzan tak kunjung keluar kelas juga. Merasa jengah, Indah melengos masuk dengan kesal.

What,udah ditungguin malah tidur?!- batinnya kesal.

"Zann!"

"Hm"

"Gatau diri banget,udah ditungguin malah ga ngerasaa" ucap Indah lelah. Mendudukkan bokongnya dikursi samping yang kosong. Ikut merebahkan kepalanya dimeja. Berhadapan dengan Fauzan.

"Astagfirullah, cakep bener laki gue" puji Indah bangga. Menatap penampakan wajah Fauzan dari dekat dengan senyum manisnya.

"Ngapain lo!" Fauzan bangkit dari tidurnya dan meraup wajahnya. Merasa salting juga karena ditatap sedekat itu.

"Nungguin lo lah,emang ngapain lagi"

"Mau ngapain?"

"Ngajak kawin,mau gak?" tawar Indah seraya membenarkan posisi jilbabnya yang sedikit rusak. Fauzan menatap aneh gadis disampingnya,merasa geli akibat kata-kata yang dilontarkannya tadi.

"Lo ngajak kawin gue? Beneran?" tanya nya memancing.

"Emang situ mau? Biasanya juga nolak pakek misuh-misuh gitu" ucapnya tak percaya. Menatap mata Fauzan dengan segala harapannya. Ekspektasi tak sesuai realita,itulah yang terjadi.

"Itu tau,ngapain masih ngarep. Sadar diri kalo gue bukan siapa-siapa lo lagi!" ucapnya tajam lalu bangkit dari kursi,sedikit menghentakkan tubuhnya sehingga kursinya hampir terjungkal kebelakang. Berjalan keluar kelas dengan santai seolah-olah tak terjadi apa-apa.

"Rasanyaa--ANJING BANGET WOY!"

****

Setelah kejadian dikelas Fauzan tadi,Indah langsung menuju kantin sebelum bel masuk berbunyi. Ia duduk disalah satu kursi bagian tengah dengan kesendiriannya. Tiba-tiba..

"Cinta ditolak emang gak enak hakk hakk" seru Libina,partner gelut Indah. Dimanapun dan kapanpun itu mereka selalu berdebat tentang hal-hal kecil. Justru itu yang membuat pertemanan mereka semakin terjalin.

"Paan sih babi" semprot Indah malas. Memakan baksonya tanpa niat sedikitpun. Mengunyah saja dengan 3 kali kunyahan langsung ditelan.

"Kasian yang ab--"

"Bacot,astagfirullah!" potong Indah dengan kesal. Selalu saja waktu tenangnya diganggu oleh makhluk kasar satu ini. Libina diam.

"Gue kesel,selalu aja ditolak. Padahal gue selalu nglakuin hal-hal gila biar dia nglirik gue,tapi apa?" ucapnya dengan nada frustasi. Ia benar-benar lelah jika harus berjuang sendirian.

"Tak ada pilihan lain selain menjadi kuat" ucap Libina sok bijaksana. Menepuk dua kali bahu Indah pelan. Kemudian duduk dihadapan gadis itu.

"Gue tau lo sayang banget sama Fauzan,tapi gak seharusnya lo ngehancurin reputasi lo sebagai cewek!" tuturnya pelan. Berusaha menasehati Indah. Seharusnya cowok yang mengejar cewek,bukan sebaliknya.

"Dih,sok ngebahas reputasi. Tau apa lo tentang reputasi?"tantang Indah guyon. Berusaha mengubah topik pembicaraan.

"Anjing! Bisa-bisanya lo ngrusak momen melow gini" dengus Libina kesal.

"Andaikan halu-haluku terwujud,betapa Masyaallah, Subhanallah, Allahuakbar nya hatiku" ujar Indah sok dramatis. Mengangkat kepalanya seolah-olah sedang membayangkan.

"Hm iya,andaikan. Gue doain deh biar cepet balikan" setelah mengatakan itu,Libina mengambil sendok garpu dan mencomot bakso milik Indah. Setelahnyamereka berdua makan bersama hingga bel masuk berbunyi.



TBC.

FAUZANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang