3 am

487 58 26
                                    

𝐧𝐨𝐜𝐞𝐮𝐫

(n). one who stays up late

Pukul 3 pagi, [Name] terbangun dari tidurnya. Rasa lapar yang kian membuncah tak bisa membuatnya tertidur dengan tenang, padahal tadinya ia sengaja membiarkan diri terlelap untuk menghindari perutnya yang berisik.

Gadis dengan surai panjang sebahu itu mendudukan diri perlahan di atas tempat tidurnya; sembari mengumpulkan nyawa hingga seratus persen. Setelah dirasa cukup, iapun bangkit dan menyambar dompetnya; memasukkan benda itu ke dalam kantung jogger hitamnya.

Sebelum benar-benar keluar dari pintu, ia menghadap kaca lalu mencepol rambutnya asal-asalan. Tidak peduli penampilannya yang berantakan, lagipula ia tidak akan bertemu siapa-siapa di jam segini. Kalaupun ada, pasti orang yang tidak ia kenal.

Selesai bersiap-siap, dia pun keluar dari pintu apartemennya. Kali ini, ia memutuskan untuk pergi membeli makanan cepat saji di minimarket 24 jam terdekat; jaraknya tidak sampai 100 meter dari tempat tinggal [Name].

Pintu dipastikan sudah terkunci, [Name] berbalik hendak menuruni tangga namun sialnya dia berpapasan dengan seorang pria yang merupakan teman sekelas sekaligus tetangganya─berjarak 2 pintu dari kamarnya sendiri.

Lelaki itu menoleh seketika karena sadar akan keberadaan [Name], memperhatikan tampilan berantakan dari sang gadis. [Name] tersenyum kikuk, "H-hai," sapanya dengan malu-malu. Padahal tadi sudah sangat yakin tidak akan bertemu siapa-siapa, tapi ternyata takdir berkata lain.

"Mau kemana jam segini?" lelaki itu bertanya. "Minimarket," jawab [Name] singkat sembari berjalan melewatinya; hendak menuruni tangga sesegera mungkin karena perutnya sudah tidak tahan lagi.

Samar-samar ia mencium bau asap rokok saat melewati pria itu. "Sejak kapan dia merokok?" pikirnya dalam hati, namun langsung ia tepis karena itu bukan urusannya. Ia pun berjalan menuruni tangga dengan cepat, sampai kakinya tak mampu meraih tumpuan anak tangga berikutnya.

"Hati-hati kalau jalan," [Name] terkejut kala merasa tubuhnya kini sedang ditopang oleh seseorang. Tak lain tak bukan adalah pria tadi, dengan rokok masih bertengger di mulutnya serta tatapan sayu yang penuh keteduhan.

"M-maaf, dan terima kasih, Suna."

Ya, pria itu Suna Rintarou.

[Name] berusaha berdiri karena merasa tak enak hati terus bertumpu pada lengan kekar Suna. "Mau ngapain ke minimarket?" pria itu bertanya lagi. "Beli makanan," jawab [Name] enteng. Iris kelabu Suna beralih ke arah lain.

"Biar kutemani," jawabnya lalu ikut menuruni tangga. "Eh? Tidak usah! Lebih baik kau istirahat, ini sudah hampir pagi!" tolak [Name] halus. "Justru karena itu, jalanan sudah sepi. Ayo cepat," balas Suna; sekarang langkahnya berada di depan [Name].

Karena tak mau berlama-lama, akhirnya [Name] menurut saja dan menyeimbangkan langkah dengan Suna. Benar juga, jalanan sudah sepi sekali. Bagaimana kalau dia tiba-tiba disergap oleh orang tak dikenal, atau diganggu dengan om-om mabuk yang suka meracau tak jelas?

Harusnya [Name] memikirkan ini dulu sebelum keluar tadi. Ya sudahlah, untung saja ia bertemu Suna; meskipun tidak direncanakan dan iapun tidak berharap. Tapi ia merasa aman jika Suna berada di sekitarnya.

"Memangnya kau belum makan malam?" Suna memecah keheningan selama perjalanan. "Sudah, tapi hanya sedikit. Soalnya aku mengejar tugas Hiro-sensei," [Name] tersenyum miris. Terkutuklah dosen yang memberikan tugas dan harus dikumpulkan malam ini juga secara online, dia mati-matian mengejar deadline sampai tak bisa makan dengan porsi yang cukup.

noceur / suna rintarouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang