3 pm

348 36 16
                                    

Matahari sore, Arctic Monkeys, dan Suna Rintarou.

          Suna Rintarou tiba-tiba mengetuk pintu kamar [Name] siang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suna Rintarou tiba-tiba mengetuk pintu kamar [Name] siang itu. Sang gadis yang sedang asyik-asyiknya bersantai dengan menonton drama sembari mengemil pun buru-buru membuka pintu. [Name] merasa sedikit terganggu awalnya, bahkan sebelum membuka pintu ia sempat mengomel.

"Lho, Suna? Ngapain?"

Terkejut? tentu saja. [Name] tidak jadi kesal mengetahui bahwa orang yang menganggu sore harinya adalah orang yang menjadi teman sekelas merangkap tetangganya. "I've told you to call me Rin," balas pria tersebut.

"Eh, iya maaf. Lupa hehe." Suna menghela napas, "Ayo jalan," singkat, padat, jelas. Tanpa basa-basi, itulah gaya Suna Rintarou. "Hah? Kok tiba-tiba banget?" protes [Name], "Sudah kubilang, I wanna hang out with you more right? Yaudah, ayo sekarang."

"Ya ampun, Rin. Ngajak hang out boleh sih tapi jangan tiba-tiba. Kan bisa chat dulu!"

"Ini waktu yang tepat, apalagi kita sedang tidak ada tugas. Latihanku juga sedang libur," giliran [Name] yang menghela napas kasar. Bisa-biasanya orang ini mengajak secara tiba-tiba, bahkan tanpa kabar dan dia tidak merasa bersalah dengan hal itu.

"Lagi malas ganti baju. Pakai gini aja gapapa?" Suna mengangguk sebagai respon. "Tapi jangan lupa hoodienya dipakai juga,"

Dan berakhirlah gadis itu ada di mobil Suna sekarang. Ikut tenggelam dalam lantunan lagu Arctic Monkeys yang terputar pada radio mobil. "Damn, vibesnya Rin banget." racau [Name] dalam batin. "Kalau ga suka lagunya, kau boleh minta ganti." ucap Suna tiba-tiba.

"Gapapa, aku lumayan suka Arctic Monkeys kok. Lagu mereka bagus," jawab [Name] membuat Suna tersenyum simpul dan mengalihkan kembali pandangannya ke depan; fokus pada jalanan padat kota Tokyo.

Iris [Name] mengarah pada jam di ponselnya, pukul tiga tepat. Sudah tiga puluh menit ia di mobil bersama Suna karena terjebak macet. Matahari sedang gencar memancarkan sinarnya yang keemasan; golden hour. Ia mencuri pandang pada pria yang sedang menyetir disebelahnya.

Terik matahari samar-samar masuk ke dalam kaca mobil Suna yang sudah dilapisi film sehingga tidaklah terlalu menyilaukan. Sosok Suna Rintarou nampak begitu jelas di iris gelapnya menelusuri setiap garis wajah pria di hadapannya.

Tampan. Dia sangat tampan. Bagaimana seorang gadis bisa menolak pesonanya? Bahkan mungkin banyak pria yang juga mengagumi penampilannya.

Pandangannya tajam, ditambah dengan iris kelabu yang indah itu. Garis rahang yang tegas dan tajam. Ah, rasanya [Name] nyaris gila. Baru kali ini dia bisa memperhatikan Suna lekat-lekat. "Udah puas liatnya?" tiba-tiba suara berat itu menyapa gendang telinga. Gadis itu terkejut, sepersekian detik iris keduanya bersitatap.

Memerah, [Name] mengalihkan pandangannya; memutus kontak mata dengan pria di hadapannya. Suna terkekeh, mulai melihat pada kaca spion─siap memarkirkan mobilnya. Saking asyiknya memandangi, [Name] bahkan tidak sadar mereka sudah sampai di tujuan.

noceur / suna rintarouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang