Part. 04: Hari Pertama

219 36 0
                                    

[ACDDC]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ACDDC]

Berbeda dengan ketiga saudaranya yang memilih untuk kembali tidur.

Usai sholat subuh dan sarapan sereal, Jisa memutuskan untuk berkeliling desa menikmati semilir angin pagi yang masih segar. Sangat berbeda dengan kondisi udara di Ibu Kota Jakarta.

"Kamu mau kemana Jis?" Tanya Oma yang saat ini tengah duduk di ruang tengah sambil menonton Mamah dan A'a ditemani oleh segelas teh hangat dan juga sekaleng kue kering.

Jisa merapatkan kembali jaket yang baru saja ia kenakan. Jam masih menunjukkan pukul 5.40 Pagi dan udara disini masih terasa sangat dingin hingga menusuk ketulang-tulang.

"Aku mau keliling-keliling aja Oma, kenapa? Ada yang mau dititipin?"

Oma Ida menggeleng. "Gak ada, Yaudah berangkat gih. Hati-hati ya."

Jisa mengangguk dan meninggalkan pekarangan rumah omanya.

"Eh neng geulis, hoyong kamana kitu?" Adji yang kebetulan lewat depan rumah Oma Ida mendekat kearah Jisa yang baru saja menutup pagar yang terbuat dari kayu itu.

"Saya Adji kalo neng geulis lupa nama saya." Lanjut Adji saat menangkap sinyal kebingungan dari gadis ayu dihadapannya ini.

Jisa mengangguk. "Panggil gue Jisa, karena nama gue bukan neng geulis!"

Adji melemparkan senyuman manisnya. Tapi tenang saja, Jisa tidak akan mudah baper alias bawa perasaan terhadap laki-laki tampan di hadapannya ini.

"Mau kemana kitu pagi-pagi seperti ini sudah keluar?"

Jisa menggendikkan bahunya. "Muter-muter aja nyari udara seger."

Adji tiba-tiba teringat sesuatu. "Neng Jisa mau nemenin saya nggak?"

"Kemana?"

"Saya disuruh ambu untuk ka kebun anggur mengambil sekarung anggur yang baru saja ambu saya petik kemarin, bagaimana?"

"Boleh."

Keduanya berjalan beriringan menuju kebun anggur milik keluarga Adji. Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja datang seorang perempuan tinggi sambil membawa seplastik sayuran dan menghampiri Jisa dan juga Adji— tapi mungkin lebih tepatnya hanya menghampiri Adji dengan langkah angkuhnya.

"A' adji hoyong kamana a'?" Perempuan tersebut menampilkan senyuman genit yang hampir saja membuat Jisa ingin muntah.

Ada Cinta Di Desa CeriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang