"Mau kemana?"
"Pergi."
"Ya, kemana?"
"Keluar." Singkat Vivi kemudian berjalan keluar dari kedai Amore begitu saja tanpa memberikan penjelasan kepada Viny yang terus menanyainya.
Vivi berjalan cepat menyusuri trotoar jalan, ia melihat layar ponselnya, 15 menit lagi pesta kembang api akan dimulai dan Chika belum memberikan pesan kepadanya. Ia jadi khawatir kalau Chika beneran menghubungi Gita untuk pergi menonton kembang api bersama. Vivi harus bergegas sebelum hal itu benar-benar terjadi.
Ting!
Ponsel Vivi berbunyi, ia menatap layar ponselnya lalu tersenyum kecil saat Chika memberi tahu agar ia segera datang ke rumahnya Chika. Tanpa banyak berpikir lagi, Vivi berlari kecil untuk memangkas waktu dan berjalan begitu sudah dekat dengan rumahnya Chika.
"Hai." Sapa Chika saat melihat Vivi berjalan ke arahnya.
Selama beberapa detik Vivi terdiam melihat penampilan Chika. Malam ini Chika mengenakan baju kotak-kotak warna ungu dan putih, bawahannya rok jauh-jauh-jauh di atas lutut dan sebuah tas kecil melingkar di pundak Chika. Sangat berbeda dengan Vivi hanya hanya mengenakan celana jins dan kaos putih yang berbalut kemeja flanel.
"Apa gak kependekan?"
Senyum yang sedari tadi mengembang di wajah Chika mendadak langsung luntur seketika. Ia sangat berharap kata pertama yang keluar dari mulut Vivi adalah dirinya yang terlihat cantik malam ini.
"Aku ganti pake sarung aja biar sekalian ikut ngeronda." Ucap Chika kemudian pura-pura untuk kembali masuk ke dalam.
Vivi memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, ia berdiri dan melihat apakah Chika benar-benar akan berganti sarung atau tidak. Ia sendiri berpikir kalau lebih baik Chika memakai sarung, cuaca malam ini cukup dingin dan dengan pakaian yang dikenakan Chika malam ini, besar kemungkinan Chika akan masuk angin keesokan harinya.
Kening Vivi berkerut saat melihat Chika tidak jadi masuk ke dalam rumah dan malah berjalan ke arahnya. "Kok gak jadi."
"Ih nyebelin." Chika memukul lengan Vivi berkali-kali. "Harusnya kamu bilang, gak usah ganti, kamu cantik kok pake itu. Bukan malah diem. Kamu beneran mau aku pake sarung? Dikira abis sunat apa gimana?"
"Aduh." Vivi mengusap lengannya yang terasa sakit, ia meraih tangan Chika lalu menatap ke dal bola mata Chika. "Kamu tiap hari cantik. Kalo aku bilang sekarang kamu cantik, berarti kemarin-kemarin kamu kayak kucing got."
Awalnya Chika dibuat melayang dengan ucapan Vivi kalau ia setiap hari cantik, tapi sedetik kemudian ia kembali jatuh tenggelam ke dalam palung mariana setelah mendengar kata kucing got keluar dari mulut Vivi.
"Ayo, bentar lagi jam 12." Vivi memegang pergelangan tangan Chika kemudian menariknya untuk berjalan bersamanya.
Chika menatap bagaimana tangannya digenggam Vivi, sama sekali tidak romantis, ini seperti Vivi yang memaksanya untuk pulang karena hari sudah malam dan takut dimarahi oleh kedua orang tuanya.
Oh Tuhan, kenapa aku bisa jatuh cinta sama manusia berhati es batu ini. Batin Chika.
"Kak, aku gak bakal ilang kok. Gak usah kenceng-kenceng megangnya." Keluh Chika.
Vivi menghentikan langkahnya, ia menatap tangannya lalu menarik tangannya Chika untuk melihat pergelangan tangan Chika. "Sakit?"
Chika menghela napas panjang, "Kamu itu selama ini tinggal di goa apa gimana sih?"
"Hah?"
Chika melepas tangannya, ia mengubah posisi tangan Vivi menjadi digenggam seperti biasa. "Kayak gini lho, sama-sama enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Demons
Teen Fiction"Dia itu malaikatnya Vivi." "Lo juga tahu kalo Iblis dan Malaikat itu gak bisa bersatu."