"Awal dari cerita ini."
— Monokrom —
•••
".. Sebenarnya gue udah punya band sendiri sih bang,"
".. Nama band nya Monokrom,"
".. Udah kurang lebih satu tahun terakhir band itu dibentuk dan sampai sekarang belum ada apapun yang terjadi dalam band tersebut,"
".. Tapi gue yakin kok, kali ini, di tempat ini, band gue, Monokrom bisa hidup dan berkembang sebagaimana mestinya,"
".. Bakat dan kesetiaan kita berempat adalah hal besar yang selalu ngebuat gue yakin dan percaya diri."
"Jadi sampai kapan pun, gue mau selalu di kenal sebagai Monokrom. Bukan yang lain."
".. Tawaran dalam bentuk apapun, kalau bukan Monokrom dan bukan mereka orangnya, gue bakalan selalu jawab dengan penolakan."
Rekaman video singkat itu berakhir. Hela-an napas panjang terdengar setelahnya dari seorang pemuda yang tengah duduk santai di atas motor miliknya yang terparkir tepat di depan spanduk hitam berlogokan sebuah band SMA yang cukup dikenal di lingkungan para remaja belasan tahun.
"Anjing ya." Gumam nya. Kalimat pertama yang ia ucapkan sekaligus pembuka harinya, seraya terus memandangi spanduk sebuah band yang cukup besar di hadapannya.
Jari tangannya juga tak kunjung diam, sedari tadi ia memainkan Pick gitar berwarna dasar hitam berlogo sebuah band yang sama pada spanduk di hadapannya. Masih dengan santai berdiam diri di atas sana. Mengabaikan murid sekolah yang satu-persatu mulai berdatangan untuk menuntut ilmu.
"Tulisannya yang di bagian atas itu 'Monokrom'. Kalo yang bawah itu 'Part of SMA Cakrawala'." Tutur seorang siswa tahun ajaran baru yang dengan berani menghampiri pemuda ber-moge itu.
"Iya, makasih ya. Tau aja lo kalo gue di sini buta warna." Balas Cowok itu tanpa melihat ke arah siswa yang masih berdiri tegak di sampingnya. Enggan menoleh karena takut dia akan berbuat yang tidak-tidak terhadap siswa tersebut.
Selang beberapa detik barulah siswa tahun ajaran baru itu beranjak dari sana ketika mendapat panggilan dari salah satu pengurus OSIS SMA Cakrawala yang sedang melaksanakan tugas mereka.
"Perasaan gue gak goblok-goblok amat deh." Sinis nya.
"BILAL!" Suara melengking dari seorang remaja laki-laki lainnya berhasil mengundang atensi orang-orang di sekitarnya termasuk cowok yang masih saja berada di tempat yang sama di atas moge miliknya. Membuat beberapa dari mereka menoleh sekejap karena terkejut.
Laki-laki dengan kemeja sekolah berantakan yang sengaja tidak ia kancing satu bagian atasnya itu menoleh. Dengan wajah biasa saja namun terlihat seperti orang yang tersenyum di setiap waktu. Ia menaikkan kedua alisnya seakan bertanya 'kenapa?' dan 'siapa?' pada salah satu teman yang barusan meneriakkan namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM 0.1
Teen FictionBukan tentang sebuah geng motor ataupun percintaan antara orang dewasa. Ini adalah kisah sederhana dari sebuah band beranggotakan 4 kepala dengan mimpi yang sama untuk menjadi besar bersama. Menceritakan banyak hal menganai lika-liku kehidupan anak...