Seorang perempuan berjalan di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta. Berjalan seorang diri dengan berbekal sepasang earphone di telinganya, ia memasuki sebuah kafe ternama di kotanya.
"Hey, Luna tumben sekali kau datang lebih awal?" Tanya Eros, salah satu rekan kerja Luna di kafe itu.
"Memangnya kenapa? apakah itu masalah bagimu?" Jawab Luna. sembari menaruh tasnya ke dalam loker
"Kenapa jawabanmu ketus sekali? Ayolah Lun, kalau kau selalu membesarkan sifat jutekmu itu. bagaimana ada pria yang mau dengan kau." Ujar Eros
"Kau pun sama, bagaimana ada wanita yang mau denganmu kalau kau matre Er." Ujar balik Luna. "Sudahlah Er, aku mau bekerja. jangan membicarakan hal hal yang membosankan." Lanjut Luna sembari menata kursi dan meja kafe. yang memang sebentar lagi akan dibuka.
Luna memang belum tertarik terhadap hal percintaan. Dia hanya fokus untuk kerja, kerja, dan kerja. Menurutnya memikirkan hal asmara hanya akan membuang buang waktu saja.
•••
"Hey, Lun. Bisakah kau mengantarkan pesanan ini ke meja nomor 6?" Tanya salah satu rekan Luna.
"Oh, tentu." Jawab Luna singkat.
Memang cafe tempat Luna bekerja bisa dibilang ramai pengunjung. Terlebih pada saat jam makan siang.
"Ini pesananmu, nona."
Luna meletakkan pesanan tersebut sambil memberikkan senyuman terbaik kepada pelanggannya.
"Terima kasih."
"Selamat menikmati, semoga harimu menyenangkan." Ujar Luna.
'Huft...baru jam setengah 1 siang. Kenapa aku sangat lelah sekali hari ini?' Batin Luna sembari melihat jam yang melingkar di tangannya.
Saat Luna hendak kembali ke dapur, tiba tiba ada seseorang yang memanggil namanya.
"Lun! Luna!" Teriak seseorang. Yang membuat Luna menoleh ke sumber suara tersebut.
"Joanna?!" Pekik Luna terkejut. Melihat sahabatnya datang ke tempat ia bekerja, sudah sangat lama Luna tidak berjumpa dengan sahabatnya tersebut. Karena Joanna mendapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri.
"Sejak kapan kau disini? Kukira kau masih sibuk kuliah." Tanya Luna kepada Joanna.
"Aku baru sampai kemarin lusa. Sudah waktunya aku libur semester, hei. Memangnya kau kira aku betah di tokyo?" Ucap Joanna sambil menyilangkan tangannya.
"Oh tentu. Kau kan sangat suka jepang." Balas Luna dengan kekehannya.
"Tunggu ya. Kau cari tempat duduk aku akan membawakanmu dessert.""Hei, aku kan tidak mau membeli disini."
"Aku traktir. Sudah cari dulu sana, kau tunggu ya." Ucap Luna bahagia.
Luna memasuki ruang dapur dengan perasaan senang. Memang sudah lumayan lama Luna tidak pernah berjumpa dengan Joanna, semenjak Joanna kuliah di Tokyo. Luna hanya bisa mengobrol via Handphone.
"Lauren, bisakah kau menggantikanku untuk sementara? Aku ingin beristirahat sejenak." Ucap Luna terburu - buru sembari menyiapkan dessert untuk Joanna.
"Iya, tentu saja. Istirahatlah mukamu terlihat pucat Luna." Ucap Lauren sambil menatap wajah Luna, memastikan.
"Pucat?"
Luna berlari menuju ke cermin di ruang loker.
"Huft...Lauren benar, wajahku tampak pucat. Tidak biasanya wajahku menjadi pucat seperti ini." Eluh Luna masih menatap wajahnya di cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
Teen Fiction"Kenapa aku? Banyak perempuan di luar sana yang lebih baik dari aku, lebih cantik, lebih sempurna. Sedangkan aku, apa yang kau lihat dariku?" - Luna Eira "Kau lebih segalanya dari mereka. Kau mungkin tidak bisa melihatnya, tetapi aku bisa." - Peter...