Terlalu Dekat

2 0 0
                                    


Disuatu hari sabtu, malam minggu pukul 18.15 WIB, setelah mendirikan shalatmaghrib dan mengaji, sang ayah mengaji surat Al – Mulk, dan sang anak selesai mempelajari buku Iqra jilid 6. Sang ayah, sosok berperawakan tambun dengan sisa– sisa otot bisepnya di usia muda dahulu yang mulai mengendur, mengenakan kaus warna putih dan sarung motif kotak – kotak warna biru tua, hijau tua, dangaris abu – abu. Kumisnya yang dicukur rapi sementara janggutnya dibiarkan tumbuh dibawah dagu namun tidak terlalu lebat, sambil duduk bersila diatas sajadah berwarna merah dan gambar bangunan ka'bah pada bagian kepala tempat sujud, ia menatap anaknya. Sang anak, berada pada usia tujuh tahun, mengenakan baju koko berwarna biru langit, dibalik baju koko itu ia memakai singlet putih,penampilannya bersih dan rapi dengan sarung dominan warna putih dan lis hitam dipinggiran sarung sisi atas dan bawah, duduk bersila diatas sajadah warna biru tua dengan gambar bangunan ka'bah pada bagian kepala tempat sujudnya, menatapwajah ayahnya, memperhatikan dengan seksama tentang apa yang hendak disampaikanayahnya tersebut.

"Anakku"dengan mata yang sayu dan ekspresi wajah yang teduh penuh kasih sayang, sang ayah membuka percakapan. Anaknya diam tak menjawab namun tetap memperhatikan ayahnya dalam – dalam. "Apa kau tahu, selama ini dimana Tuhan berada?". Sedikit terkejut, sang anak mengerinyitkan dahinya dan bertanya balik pada ayahnya."Bukankah ia berada di singgasananya di surga sana, Ya?" Dengan helaan nafas,ia menjawab. "Kau betul anakku, tapi apa kau tahu Tuhan itu bersama kita semua,Dia ada didalam setiap mahluknya, Nak". Kali ini sang anak terlihat lebih terkejut dari sebelumnya, ia menegakkan badannya untuk memperhatikan kata –kata dari ayahnya. "Aku pernah mendengar bahwa Dia lebih dekat daripada jarak antara hidung dengan alis, tapi aku tidak pernah tahu jika Dia ada didalam diri semua mahluk, apa maksudnya, Yah?.

"Betul,yang kau katakan, Nak. Sekarang ayah akan jelaskan maksud dari perkataanku tadi. Tuhan menciptakan kita dari bagian Dirinya sendiri, dari kasih sayang-Nya. Bagian – bagian dari Tuhan yang diberikan pada mahluknya itulah yang kita kenal sekarang dengan ruh, Nak. Aku, Ibumu, Kakekmu, teman – temanmu, orang – orang diluar sana, binatang buas, binatang melata, baik yang di udara maupun yang didalam lautan, tumbuhan di dalam pot rumah kita, di taman kota,pepohonan di hutan, bakteri, virus, protozoa organisme bersel tunggal. Itu semua memiliki ruh yang ditiupkan oleh Tuhan pada saat masa penciptaan. Dia hidup didalam aliran darah kita, dalam setiap hembusan nafas kita, setiap detak jantung kita, jauh sejak manusia berada didalam rahim, Dia selalu bersama mahluknya. Seperti saat ini, Dia sedang bersama kita disini, mendengarkan,melihat, dan merasakan segala perbuatan kita, Anakku. Tidak sedikit manusia yang masih belum mengerti esensi dari yang kukatakan ini. Pemahaman akan hal ini perlu melalui sebuah proses, suatu kejadian dalam kehidupan, begitu jugadenganmu. Semakin kau menjalani kehidupan ini, kau akan merasakan berbagaiwarna kehidupan, bahagia, bangga, sedih, kecewa, depresi, perlu kau rasakan.Hingga pada akhirnya kau akan kembali, dengan jiwa yang bersih, jiwa yang penuhkasih sayang. Dengan menjalani itu semua maka suatu saat kau akan memahamibahwa Tuhan ada didalam diri mahluknya dan hanya dengan memahami itu kau, aku,dan semuanya dapat kembali kepada ke-Esaan-Nya. Ruh-Nya akan kembali kepadasatu kesatuan tunggal, kedalam ruh Tuhan, dan kita semua adalah Tuhan pada dirikita masing – masing"

Sanganak termenung, mencoba memutar ulang kata – kata ayahnya untuk memahami maksudyang disampaikan oleh sang Ayah. Sambil mengusap kepala sang Anak, ayahnyamembantunya bangkit dari duduknya untuk segera membereskan sajadah mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 05, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Terlalu DekatWhere stories live. Discover now