Dihari minggu yang cerah, tiga sekawan itu memutuskan bersepeda di taman yang ada di tengah tengah kota. Taman yang indah, asri juga damai membuat siapa saja betah berlama lama disana. Selain suasana damai disana juga banyak pedagang kaki lima yang penuh dengan pembelinya.
Mereka bersepeda beriringan diselingi obrolan dan canda tawa. Beberapa kali mereka berhenti sejenak untuk mengambil nafas, seperti sekarang mereka berhenti untuk ketiga kalinya karena devi merengek tak kuat lagi mengayuh sepedanya. Liese dan lin pun tak kuasa menolak karena sebenarnya mereka berdua pun lumayan capek.
Mereka duduk di bangku taman yang tersedia disana untuk meneguk minum yang mereka bawa dari rumah.
"eh gue jalan jalan sebentar ya" ujar lin yang sedari tadi melihat lihat sekitar
"jalan jalan sebentar nanti balik balik paling borong makanan" celetuk devi dengan nada ejekan
"yee apasi, emangnya gue lo yang hobi makan" elak lin
Cetak...
Liese yang berada di tengah tengah mereka dengan sengaja memukul kepala mereka berdua pelan sehingga keduanya terdorong ke depan
"gelut sekali lagi gue tinggalin lo berdua. Udah sana lin, gue tau lo anaknya gak bisa diem sedikit pasti udah selengean" liese mendorong bahu lin di sebelah kanannya hingga lin berdiri
"yes mom" ejek lin lalu berlari pergi tatkala melihat gestur liese yang hendak memukulnya
"aih anak itu" liese menggeleng melihat tinggkah sahabatnya. Sedangkan devi sedari tadi asik memotret dirinya
"dasar narsis" ujar liese pelan
Lin asik jalan jalan disekitar taman itu dan melihat lihat sekeliling. Matanya terhenti pada pemuda yang lumayan jauh dari keramaian dengan buku di pangkuannya. Lin tebak itu buku gambar karena ia melihat pemuda itu menggoreskan pensilnya ke buku yang ada di pangkuannya.
Dengan rasa penasaran yang besar lin menghampiri pemuda itu. Dan ia ternganga kagum dengan lukisan yang sedang pemuda itu gambar. Lukisan sebuah taman dengan bunga warna warni dan di tengah tengah taman itu ada tujuh anak yang sepertinya sedan menari nari dengan cahaya warna warni di atas kepala mereka
Ia diam memperhatikan dan sibuk dengan kekagumannya.
"gambar yang bagus" rupanya lin tak tahan untuk berkomentar.
Pemuda itu menghentikan coretan pensilnya dan terdiam sejenak.
"aku serius. Gambarmu luar biasa
Lin yang meras tidak mendapat jawaban pun berinisiatif duduk di sebelahnya.
"Tapi menurutku alisnya terlalu tipis" komentar lin
" dan matanya terlalu cerah, kenapa juga kau buat dia memiliki mata warna warni? Aneh aneh saja" komentar lin lagi
Pria itu berusaha mengabaikan lin yang terus mengomentari lukisannya.
"kamu percaya sihir?" Tanya lin membuat pria itu menghentikan gerakan penanya.
"mungkin" jawabnya singkat
"wah sebelumnya tidak ada yang mengiyakan pertanyaan ku. Kadang ku berfikir kalau sebenarnya ada dunia yang indah sepeti yang kau lukis...." Ucapan lin terpotong
"kau ini berisik sekali" pria itu kesal menatap nyalang lin namun lin membuka mulutnya kagum pada mata orange yang pria itu miliki. Mata cerah dengan warna seperti senja ketika terbenamnya sang surya namun setajam elang
"waaahhh indah sekali matamu" lin berdecak kagum namun tidak berselang lama pria itu mengalihkan pandangannya lagi.
"Eiren hurry up"dari jauh ada yang memanggilnya membuat lin menoleh mencari siapa yang memanggilnya dan menemukan liese yang melambaikan tangan padanya
KAMU SEDANG MEMBACA
R A I N B O W
FanfictionMereka dengan segala perbedaannya. Tak jarang mereka berselisih . Namanya juga anak muda pasti merasakan romantisme kehidupan. Keajaiban yg membuat mereka bersatu dalam petualangan fantasy. "Ingat, jangan menoleh kebelakang" Liese "Harus yang punya...