BAB 3 Cosplay

2.1K 168 1
                                    

Bagi Padi hidup adalah air yang mengalir, tidak perlu dilawan cukup di nikmati dan ikuti kemana aliran tersebut akan bermuara. Padi benci menjadi tidak berdaya, untuk itu ia mencoba membangun kebahagiaannya sendiri walau masih sering sekali ia temui tatapan iba dari orang-orang disekitarnya.

Padi lahir dari keluarga sederhana yang cukup beruntung karena mampu menyekolahkannya hingga tingkat universitas, bapaknya memiliki usaha kecil-kecilan sebuah warung sembako dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang sering membantu bapaknya mengurus toko dan lagi ibu bapaknya hanya tamatan sekolah dasar.

Seringkali Padi mendengar ibunya mengeluh dirumah karena tidak terima pada perlakuan orang-orang yang menggap mereka miskin, miskinpun anak ku kuliah teriak ibunya suatu kali saat mereka makan malam bersama. Sebagai anak tunggal Padi adalah harapan keluarganya, ibunya seringkali berpesan kamu harus sukses Padi, kamu yang mengagkat derajat orang tua mu supaya tidak di hina orang sampai akhirnya kadang Padi bertanya dalam hati tentang arti makna sukses itu sendiri.

Padi baru duduk di bangku kelas enam sekolah dasar saat ibunya pulang sehabis membeli sayur mayur di kios mang Ujang

"Itu loh Romelah, anaknya masuk SMP favorit bangga benar dia. Kamu kalau bisa usahain masuk sama juga Di."

Setelah lulus sekolah dasar Padi mengikuti permintaan ibunya untuk mendaftar di SMP favorit tempat anak bulik Romelah belajar sesuai harapan ibunya dan beruntung ia diterima, tetapi saat makan malam ibunya berkata

"Anak Zainab masuk SMP 2 di kota sebelah katanya banyak artis masuk sekolah itu, kamu enggak bisa masuk kesana Di..?"

Sebagai anak tunggal yang menjadi harapan kedua orang tuanya Padi tumbuh dengan belajar menekan perasaannya, terlebih lagi sejak kecil ia selalu diajarkan untuk menuruti perkataan orang tua kalau tidak artinya Padi adalah anak durhaka.

Padi sudah belajar untuk menekan perasaannya dan berkawan dengan kata sabar sejak lama, jadi apa yang Arman lakukan terhadap pernikahan mereka hanya sebagian kecil kerikil yang menghantam laju airnya menciptakan riak tetapi tidak akan menahan Padi untuk terus hidup.

"Ini rok yang di cari bukan mba?" Padi melirik mba Inah dari pantulan cermin di hadapannya

" Iya mba Inah, tolong di setrikain ya sama sekalian tolong cariin kaus kaki panjang. Aku baru beli deh kemaren itu tapi kok enggak ada di laci ya."

"Lahdalah ya orang mba Padi enggak naro di lemari kok, itu kaus kaki saya liat di dapur hampir saya kira lap meja." Padi hanya tertawa mendengar gerutuan mba Inah yang memilih keluar untuk menyiapkan barang-barang yang di mintanya.

Padi memberikan sentuhan terakhir di bibirnya berupa lip gloss peach yang membuat bibirnya tampak mengkilat, di perhatikan sekali lagi pakaiannya atasan kemeja putih yang dilampisi vest rajut kotak-kotak, bawahan rok rempel di atas lutut dan terakhir kaus kaki sepanjang lutut dan sepatu kets putih,

Padi tampak lebih muda dengan dandanannya kali ini.

Setelah menyampikan totebag bergambar bebek kecil Padi mengambil handphonenya untuk mengirimkan pesan kepada seseorang kemudian pamit kepada mba Inah untuk pergi keluar

"Mba aku pergi ya, sore balik. Dadah!" Padi melambai riang pada mba Inah yang mengelus dada melihat majikannya yang berdandan ala anak sma padahal usianya tidak lagi bisa disebut remaja

To : Om-om kelebihan uang

Arman, jangan lupa jajan aku bulan ini ya. Oh sama jajan Mba Inah, dia bisa mogok masak kalau enggak di kasih jajan 😊 ngomong-ngomong ada barang yang mau aku beli, jajan aku bulan ini bisa dilebihin? Pleaseee....

COSPLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang