||Prolog

8 4 0
                                    

"Jangan salah kan gue, jika suatu saat gue berubah," — Bintang Aletta Sanjaya.


Di dalam kelas. Seorang gadis kecil berambut panjang yang dikucir kuda tengah menangis.

Mata sayu juga sembab nya sangat terlihat jelas di wajah gadis itu. Namanya Bintang Aletta Sanjaya.

Semua orang menganggap nya sampah
untuk jadi bahan bullyan. Tidak ada yang mau berteman dengan nya, dirinya begitu asing di mata manusia. Seperti saat ini contohnya gadis kecil itu sedang di bully oleh teman-teman sekelasnya.

Plak!

Tangan kecil nan imut mendarat sempurna di pipi chubby seorang gadis kecil. Semua murid yang melihat pun malah tambah menyoraki nya sambil bertepuk tangan.

"Kenapa Clara nampar Bintang?" Tanya seorang gadis kecil sambil memegangi pipinya yang terasa panas.

"Karena aku benci sama kamu!" Jawab seorang anak kecil yang dipanggil clara tadi.

"Kenapa clara benci sama Bintang?" Wajah imut bak malaikat itu berkaca-kaca menahan tangis.

"Karena kamu itu cupu, dan menjijikkan!"

Bruk!

Clara mendorong tubuh gadis kecil itu hingga tersungkur di lantai. Gadis kecil meringis kesakitan ketika merasakan perih di pantatnya.

"Kenapa Clara selalu jahat sama Bintang? Apa Bintang ada salah sama Clara?"

"Salah kamu itu kenapa kamu cupu dan menjijikkan yang membuat aku selalu pengen berbuat jahat sama kamu," Setelahnya anak kecil yang sering di sapa Clara itu tertawa keras bersama teman-temannya.

Gadis kecil yang kini sedang ditertawakan itu diam tak berkutik. Boleh dikatakan bahwa dirinya itu lemah. Untuk mengucapkan satu kata pun dia tak berani.

"Aku gak akan biarin gadis cupu seperti
kamu hidup tenang di sekolah ini!" Lanjut Clara dengan nada angkuhnya.

Tidak ada yang membela gadis kecil itu saat sedang di bully oleh teman-teman sekelasnya maupun kakak kelas. Siapa yang mau membela? Berteman saja mereka tidak mau dan memilih untuk ikut membully nya dan menjadi kan bahan olok-olok.

Akhirnya gadis kecil itu bangkit untuk memberanikan diri melawan teman sekelasnya itu. "Disini Bintang yang cupu tapi kenapa Clara yang selalu repot ngurusin hidup Bintang?"

"Kamu udah berani jawab aku?" Clara bertanya balik dengan tangan yang berkacak pinggang.

Gadis kecil itu menunduk dengan was-was sambil merapalkan doa didalam hatinya agar tidak terjadi kejadian yang seperti sebelumnya.

"AWW...," Gadis kecil itu berteriak kesakitan ketika rambutnya ditarik dengan kencang oleh seseorang.

"Cieee... Udah berani sama aku yaa?" Clara menggoda dengan nada yang menyeramkan sambil menampilkan senyum smirk nya.

"Clara udah! Maapin Bintang," Gadis kecil berujar dengan nada memohon sambil memegangi rambut nya yang terasa ingin lepas.

"Clara udah jangan sakitin Bintang!" Clara berhenti menjambak rambut gadis itu ketika ada yang mencekal tangan nya.

"Arga? Kamu kenapa belain Bintang sih?" Clara bertanya dengan nada merajuk yang dibuat-buat tentunya.

Anak laki-laki itu melirik sekilas kearah seorang gadis yang menunduk dengan rambut berantakan. "Kamu kenapa selalu nakalin Bintang?" Tanya anak laki-laki Itu yang sudah kembali menatap lawan bicara nya.

"Karena aku jijik liat dia," Jawab Clara
sambil menunjuk kearah gadis kecil itu.

"Kalo kamu berani nakalin Bintang lagi, aku mau lapor sama Bu guru biar kamu dimarahin, emang kamu mau?!" Anak laki-laki itu berucap dengan tangan berkacak pinggang layaknya seorang ibu yang sedang memarahi anaknya.

Clara menggeleng dengan wajah polosnya.

"Yaudah kalau gamau kamu harus pergi dari sini dan jangan gangguin Bintang lagi!" Perintah anak laki-laki itu dengan berani.

Clara dan teman-temannya menunduk takut dan langsung ngacir keluar dari kelas yang masih dikerumuni banyak orang karena ulahnya.

"Ayo duduk ke kursi kamu!" Ajak anak laki-laki itu sambil menggandeng gadis kecil yang sering disapa Bintang itu.

Bintang menatap anak itu sekilas lalu menurut dengan tangan yang masih bergandengan.

Setelah sampai di tempat duduknya gadis itu mendudukkan dirinya dikursi dengan Arga yang juga ikut duduk dikursi kosong disampingnya.

"Kamu duduk sendiri?" Tanya anak laki-laki itu sambil terus menatap gadis kecil yang masih terus menunduk.

Sekarang keadaan gadis itu lumayan lebih baik dari sebelumnya karena seorang anak kecil yang sedang duduk disamping nya.

Sedangkan gadis yang ditanya seperti itu hanya mengangguk mengiyakan. Karena memang benar dirinya duduk sendiri tanpa seorang teman yang mau duduk bersama nya.

"Emang gak ada yang mau duduk disini?"

Bintang mendongak dan mengarahkan kepalanya kesamping untuk melihat lawan bicara nya.

"Emang siapa yang mau duduk sama Bintang?" Gadis itu malah bertanya balik kepada anak itu.

"Kalo kita sekelas pasti aku mau kok duduk sama kamu," Anak itu menjawab dengan antusias. "Tapi sayangnya kita beda kelas," Lanjutnya dengan raut muka yang berubah dari sebelum nya.

"Arga?" Panggil gadis itu.

"Iya?" Jawab anak laki-laki yang masih setia menatap kearah gadis kecil.

"Kenapa Arga mau tolongin Bintang?emang Arga gak jijik sama Bintang?" Gadis kecil itu bertanya dengan wajah sendunya.

"Kenapa aku harus jijik sama kamu? Emang kamu punya penyakit menular? Enggak kan?" Balas anak itu dengan santai. "Kamu itu gak boleh lemah! Walaupun kamu itu perempuan kamu harus kuat, kayak ibu aku bilang."

"Tapi Bintang takut sama Clara," Cicit gadis kecil dengan wajah takut.

"Kenapa kamu harus takut? Kata ibu aku, kita itu gak boleh takut sama siapapun kecuali sama Tuhan," Anak itu memberi nasihat kepada gadis yang ada disamping nya.

"Sekarang kamu harus berubah dan jadi perempuan yang tidak mau ditindas, oke?" Bintang yang mendengar nya mengangguk ragu.

"Aku yakin kamu bisa!" Anak laki-laki itu terus meyakinkan gadis kecil. "Dan sekarang kamu mau gak jadi sahabat aku?" Tawar anak itu.

"Kenapa kamu mau jadi sahabat aku?" Bukannya menjawab gadis kecil itu malah balik bertanya seolah aneh dengan tawaran yang diberikan oleh si anak laki-laki.

"Karena kamu anak baik," Jawabnya dengan cepat. "Gimana mau gak?" Tawarnya lagi.

Bintang mengangguk dengan senyum semringah. Merasakan senang sekaligus gembira, karena baru kali ini ada seorang yang mau berteman dengan nya.

"Kamu harus berubah! Aku yakin kamu bisa," Anak laki-laki itu terus menyemangati gadis kecil yang membuat senyum nya semakin melebar.

~fake~

FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang