Oleh : Ade Rahmawaty
Mentari bersinar sangat terik di siang hari, dua insan remaja sedang bermain di halaman rumah salah satu di antara mereka.
Adelia, remaja yang kini berusia lima belas tahun sedang menghitung sambil menutup matanya dengan lengan, bermain petak umpet bersama Viana, gadis seumurannya.
Adelia menghitung dengan suara keras, setelah selesai dia mencari Viana yang bersembunyi entah di mana.
Adelia mencari di sekeliling rumahnya, namun tak kunjung menemukan temannya itu, dia menyerah.
"Viana keluar!" teriak Adelia dengan duduk di teras depan sambil mengipas-kipas wajahnya yang bercucuran keringat.
Bruk!
Adelia kaget mendengar suara yang berasal dari halaman belakang rumah, segera ia menuju tempat itu dan menemukan Viana sedang berjongkok sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang terkena debu.
"Lo kenapa Via? Jatuh?" tanya Adelia sambil membantu sahabatnya bangun.
"Pake nanya lagi! Sakit tau," gerutu Viana dengan wajah ditekuk.
"Hahaha, pantes gua cari ke mana-mana gak ketemu rupanya lo ngumpet di sini!" Adelia melihat sekeliling gudang di rumahnya ini, sungguh sangat usang dan berdebu di mana-mana.
"Dah bantuin gua angkat barang-barang ini, abis itu kita makan, dah laper tau," ucap Adelia sambil memungut barang-barang yang terjatuh tadi.
Saat sedang meletakkan kembali barang-barang itu, ada satu benda berbentuk kotak berwarna coklat tua yang menarik perhatiannya, segera Adelia mengambilnya lalu berdiri.
"Via! Liat ini, kayaknya ini mainan ya?" tanya Adelia pada Viana dengan menunjukkan kotak itu.
Viana menghampiri Adelia lalu melihat kotak itu, "Mana gua tau, ini kan rumah lo masa lo sendiri kagak tau." Viana mengangkat bahunya bertanda tidak tahu.
Adelia mendelikkan matanya ke Viana seraya menghela napas, "Gua kan tinggalnya di rumah bukan di gudang, paham Jubaedah! Ya udah kita bawa saja kotak ini ke rumah, ayo!"
Mereka pun keluar dari gudang itu lalu masuk ke dalam rumah menuju kamar Adelia.
Sesampainya di kamar, Adelia langsung duduk di lantai sambil membawa kotak itu, "Sini Via! Kita buka kotak ini, penasaran gua," kata Adelia melihat saksama kotak yang diletakkan di lantai.
Viana yang duduk di hadapannya mengangguk lalu mereka membuka kotak itu yang berisi kartu-kartu seperti permainan monopoli.
"Ini kayak monopoli ya, tapi kok beda?" tanya Viana penasaran.
"Gua juga gak tau tuh, bacaannya Magic Island. Artinya apa ya?" Mereka saling pandang. Adelia ingin mengambil lembaran kartu tersebut tapi ditahan oleh Viana, Adelia mendongak melihat sahabatnya itu yang sedang menggeleng.
"Gak Adel! Lo gak tau itu apa, jangan mengada-ada deh," omel Viana pada Adelia.
"Lo gak akan tau ini apa kalo gak mastiin, lagian ini cuma permainan Via!" gertak Adelia tetap kukuh mengambil lembaran kartu itu lalu membaca tulisan yang ada di dalamnya.
"Hati-hati saat bermain, selesaikan sampai finish, jika tidak kau akan celaka!" ucap Adelia bingung sambil menelan ludah lalu melihat Viana yang berekspresi senada.
Adelia mengambil satu lagi lembar kartu yang terbesar seperti peta lalu meletakkannya di tengah-tengah mereka.
"Kita coba yuk!" ajak Adelia pada Viana.
"Gak! Gak mau ah, aneh gitu mainannya," tolak Viana menjauh.
Adelia menarik tangan sahabatnya itu, "Sekali ini saja, ini cuma permainan Viana!"

KAMU SEDANG MEMBACA
magic island
Nouvelles"Aaaaaaaaa," teriak mereka lalu seketika kotak kembali rapi seperti semula. Sedangkan Adelia dan Viana terjatuh dari atas langit dan terdampar di sebuah hutan belantara. *** kenapa bisa mereka jatuh? apa yang telah mereka lalukan hingga terdampar di...