00

22 6 6
                                    

"Ada dua hal tentang sebuah hubungan. Jika tidak bisa bersama, maka kamu harus bisa mengikhlaskan."

°°°

Sanudin menatap penuh bahagia pada gadis dihadapannya. Senyuman tak pernah luntur sejak tadi.

"Kenapa kesini?" tanyanya melihat sekeliling. Taman sekolah yang begitu menyejukkan membuat Sanudin semakin merasa damai bersama sang kekasih. Gadis yang benar benar dia cintai setengah mati.

Cahaya menggenggam erat kedua tangan Sanudin. Lalu matanya menatap hikmat kedalam manik coklat yang berbinar memandangnya itu. "Ada yang harus aku katakan Sanu."

Sanudin mengerutkan kedua alisnya. Tidak biasanya sang kekasih membawanya seperti ini hanya untuk berbicara. "Ya bicara aja Jelita, aku selalu dengerin apa yang keluar dari bibir kamu," katanya dengan senyum teramat manis.

Cahaya menarik nafasnya dalam. Menatap tepat kedua manik Sanudin. "Mari kita sudahi!"

Tak ada sahutan dari Sanudin. Dia terus menatap kekasihnya dengan intens. Meyakinkan diri sekarang Cahaya sedang mempranknya. Dia tahu sebentar lagi dia berulang tahun. Siapa tahu sajakan Cahaya ingin membuat drama dulu sebelum memberinya kejutan.

"Aku tahu kok ulang tahun aku sebentar lagi. Kamu gak usah ngerjain aku segala kali. Hahaha."

Cahaya menarik kedua sudut bibirnya, menciptakan sebuah senyuman yang tidak pernah bosan untuk Sanudin pandang. "Kita sudahi sampai sini Nu. Aku merasa ini salah."

Jantung Sanudin berdegup cepat, keringat dingin mulai membanjiri telapak tangannya. Matanya awas menatap Cahaya.

"Su--sudahi apa Jelita?" tanyanya dengan gugup, sungguh dia sedang ketakutan sekarang.

"Hubungan ini Sanu. Mari kita sudahi!"

Seperti terhimpit pintu, Sanudin tidak bisa berkata apa apa selain didalam hatinya menjerit. Ini tidak pernah terbayangkan olehnya.

"Gak ada yang harus disudahi dari hubungan ini Jelita. Kamu tahu aku cinta banget sama kamu. Dan aku pun yakin seratus persen kamu juga mencintaiku," ucap Sanudin semakin kuat menggenggam kedua tangan Cahaya, dia takut cahaya akan meninggalkannya.

"Ini salah Sanu. Kamu tidak seharusnya mencintai ku seperti itu," mencoba tetap tegar walau hatinya sedang sakit. Cahaya bersumpah dia mencintai Sanudin Nugraha. Dan Cahaya bersumpah Sanudin benar benar mencintainya, bahkan melebihi kecintaan pada dirinya sendiri. Tapi itu salah. Cahaya tak ingin Sanudin ataupun dirinya terbuai semakin jauh akan cinta ini. Ada Tuhan yang harus mereka cintai melebihi segalanya. Tuhan yang memberi mereka hidup dan cinta, sudah sepantas dan seharusnya untuk mencintai Tuhan.

Cahaya menyadari cinta Sanudin berlebihan untuknya. Sanudin rela pergi tengah malam hanya untuk menjemputnya di cafe sepulang dia bekerja. Sanudin rela di marahi papa nya habis habisan demi Cahaya yang saat itu mengatakan dia sedang sakit perut. Dan saat itu Sanudin sedang bersama ayahnya makan malam dengan relasi bisnis sang ayah. Bahkan Sanudin rela mati hanya demi Cahaya.

"Kita akhiri Nu. Mulai sekarang kita bukan sepasang kekasih lagi."

Cahaya melepas genggaman tangan mereka. Masih mencoba tegar dengan kedua mata yang sudah siap untuk menumpahkan bulir bulir bening tanda kesedihan. Cahaya berlalu. Melangkah cepat sembari menghapus lelehan lelehan kristal yang menuruni pipinya.

Sedang Sanudin terpaku di tempat. Dia masih tidak paham dengan semua ini.

"Aku mencintainya dengan sepenuh jiwa ragaku. Tapi kenapa seperti ini?"

Seperti orang yang kehilangan arah, Sanudin menatap bingung kesekitarnya. Dia sungguh berharap Cahaya hanya mengerjainya. Atau dia sekarang sedang bermimpi.

"Gak mungkin Cahaya mutusin gue! Gak mungkin!"

Sanudin menepuk-nepuk pipinya keras, melampiaskan kekhawatirannya akan mimpinya ini. Tapi pipinya terasa sakit, dan ini benar benar nyata. Bukan mimpi.

°°°

Punten gaes... Aku bawa cerita baru wkwk yang dulu aja belum tamat. Wkwkw
Beri kesannya ya baca cerita ini. Oh ya, aku gak tahu mau lanjut cerita ini kapan. Yang pasti setelah Pangeran tamat🤣🤣

Salam suyung dari Hyung 🐬












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MenepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang