Orang Kaya Berulah

15 9 8
                                    

"Hei, Anak kecil! Berani-beraninya kamu menghalangi jalan saya," teriak ibu paruh baya keluar dari mobil dengan setelan modis yang dihiasi beberapa berlian kecil di bajunya.

"Maaf, Bu. Kami tidak sengaja," ucap anak kecil berbaju lusuh yang mencoba berdiri kemudian berlari menghampiri ibu modis dan hendak mendekap kakinya, meninggalkan seorang nenek renta yang terduduk di depan mobil yang hampir menabraknya terlihat kaget dengan kejadian yang menimpa mereka.

"Dasar tidak tahu diri!" Bentak ibu paruh baya kepadanya yang mundur selangkah agar tidak tersentuh tangan kotor si anak kecil "Hei, nenek tua! Ajarin dong cucu ingusanmu itu, cara menempatkan diri yang benar. Saya orang kaya, tidak sudi dipegang oleh orang seperti kalian," jawabnya sambil menunjuk nenek renta.

"Maaf, ada apa ini? Astaghfirullah. Adik tidak apa-apa kan?"
Suara lembut yang tiba-tiba muncul menengahi keributan.

"Hei, kamu siapa? Jangan coba-coba ikut campur urusan saya," Jawab ibu modis kepada gadis yang mencoba meredakan situasi.

"Ada apa, Dik?" Tanya gadis itu kepada anak kecil.

"Aku tadi tidak sengaja lewat..." Ucap anak kecil itu yang terpotong dengan suara cempreng ibu modis

"Hei! Anak itu tidak punya sopan santun. Berani sekali dia memotong perjalanan saya," kata ibu modis memotong pembicaraan anak kecil itu dan anak kecil tadi seketika tertunduk. Mencoba menyembuhkan kesedihan agar tak diketahui sang nenek. Lalu, ia teringat akan sang nenek yang terduduk sambil linglung di depan mobil ibu modis. Lantas, ia mencolek tangan si gadis agar perhatiannya beralih padanya.

"Kak, tolong nenek saya," pinta anak kecil itu sambil menunjuk sang nenek.

Seketika si gadis melihat nenek yang terduduk di depan mobil ibu modis dan menghampirinya. "Ya Allah, nenek. Nenek tidak apa-apa kan? Saya bantu berdiri ya, Nek," ucap gadis itu kepada nenek dan mencoba menolongnya, "Bismillah".

Ternyata kekuatan gadis itu tidak cukup untuk menolong nenek dan ia meminta tolong kepada ibu modis yang tadi membentaknya.

"Bu, tolong bantu saya memapah nenek," pinta gadis itu kepada ibu modis.

"Hah! Saya! Cuih, saya tidak sudi pegang orang seperti dia. Tangan saya bisa-bisa kotor dan harus dicuci beberapa kali," ketus ibu modis sambil membayangkan betapa kotor tangannya bila membantu nenek renta, lusuh dan kumuh.

Gadis itu lantas bangkit dan langsung menghampiri ibu tersebut sambil berkata "Bu, jika ibu masih memiliki hati nurani sedikit saja, saya tidak akan menuntut ibu."

"Hei, kamu tidak tahu masalahnya apa sok main tuntut aja! Kamu tuh anak kemarin sore. Masih ingusan," ledek ibu modis.

"Ya, memang saya masih anak kemarin sore tapi, saya tahu betul, bagaimana berurusan dengan orang seperti ibu," kata gadis itu tanpa gentar "Saya bisa menuntut ibu atas pencemaran nama baik, penghinaan, tabrak lari...,".

"Ya ya ya, saya bantu," jawab ibu modis terpaksa. Si gadis tersenyum senang dengan jawaban ibu modis. Pertanda ia menang dalam perdebatan yang menguras energi.

Ibu modis membantu memapah nenek dengan menutup hidungnya dan perempuan tersebut menghembuskan nafasnya karena menahan amarah yang ingin meledak atas tindakan ibu modis yang sepertinya, dia tidak sadar bahwa tindakan tersebut adalah penghinaan.

Di ujung jalan tampak seorang lelaki tersenyum manis menikmati kejadian itu dan tidak ada seorang pun yang tahu apa arti senyuman itu.

-------------------------------------------------
Hai, Pembaca terhormat! Salam kenal dariku🙋 Mohon kritik dan saran ceritaku ya sebab aku masih newbie menulis cerita🙏

Terima kasih dan selamat membaca😊

RESAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang