~

1 0 0
                                    

Seperti biasa, pagi ini cukup berisik. Saking berisiknya, aku dapat mendengar berbagai suara di dalam kamar yang sudah aku anggap ruangan tersunyi di rumah. Baik suara anjing tetangga yang sedikit gila, suara tukang koran yang selalu berteriak ketika bertugas, dan tentunya dari keluargaku sendiri.

Namaku Tokisaki Hamada, semua orang sering memanggilku Saki. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Saat ini aku duduk di bangku SMA kelas 3. Adikku yang pertama bernama Riu, masih duduk di bangku SMP kelas 2. Sedangkan untuk yang termuda bernama Haki, masih duduk di bangku SD kelas 5.

Tak panjang lebar, adikku yang paling merepotkan adalah Riu. Aku tahu dia sangat manis ketimbang gadis seumurannya, namun sedikit disayangkan dia sangat brocon. Setiap ada kesempatan selalu saja menempel padaku. Seperti yang terjadi pada hari ini.

"Onii-san Selamat pagi"

"Hmm, juga"

"Ada apa dengan reaksi itu. Apakah kamu tidak senang mendapat ucapan selamat pagi dari gadis yang terimut didunia??!"

"Huaamsss. Baik sekarang aku bahagia dan sekarang minggirlah" jawabku dengan ekspresi datar.

Setelah itupun aku sarapan dan segera berangkat ke sekolah. Karena ini tahun ketigaku, banyak temanku yang berbondong-bondong mencari pacar. Yah aku juga kurang tahu apa gunanya dari berpacaran. Yang ada dompetmu akan semakin tipis.

Jika anda bertanya apakah aku orang yang tidak terkenal? Tidak tampan? Punya hubungan jelek dengan gadis? Kalian salah besar. Justru karena aku adalah orang yang baik dalam akademis maupun non-akademis, banyak gadis yang mencoba mendekatiku, baik teman seangkatan maupun adik kelasku sendiri.

Tentu saja sebagai orang yang gak begitu peduli tentang hal tersebut bukanlah hal yang sulit untuk menolak semuanya. Yaa... Sebelum 1 tahun yang lalu. Ketika aku sedang memergoki adik kelasku sedang ganti baju di kamar ganti kolam renang.

"Senpai, oi senpai!!"

Baru saja dibicarakan sudah saja datang orangnya. Tak lain dan tak bukan adalah Hino Sakurai. Hino-san adalah siswa tahun kedua yang kebetulan satu klub denganku. Saat itu aku sedang piket bersih-bersih ruang ganti baik pria maupun wanita.

"Sepertinya tidak ada orang hari ini. Ya sudahlah aku cepat selesaikan dan segera pulang" awalku sih begitu. Sampai aku membuka ruang ganti wanita, seorang gadis setengah telanjang sedang menoleh kepadaku.

"Ah senpai jangan-jangan seorang Hentai kah?" Tanyanya dengan cukup santai. "Ha? Bukan seperti itu. Aku hanya ingin mengerjakan piket hari ini" jawabku sambil memalingkan wajah. Tetapi aku sedikit terkejut dengan reaksinya yang sangat santai. Dia pun mendekatiku dengan memakai handuk untuk menutupi tubuhnya.

"Nde, terus kenapa kamu berdiri disini? Katanya ingin piket? Ah jangan-jangan senpai merasa tegang melihatku tadi?" katanya yang sedikit menggoda diriku. Aku terdiam beberapa saat karena tidak bisa beralasan apapun. Tetapi dia malah tertawa terbahak-bahak.

"Tidak ku sangka ternyata senpai yang terlihat dingin masih memiliki rasa malu" balasnya lagi. "Tentu saja lah. Aku kan laki-laki. Jika sudah tidak ada urusan permisi" jawabku sambil keluar ruangan untuk menenangkan diriku.

Sejak saat itu Hino-san sering kali menemuiku baik ketika istirahat, pulang, ataupun ketika aku sedang piket bersih-bersih. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan. Setiap hari selalu saaja menggodaku dengan mengancam bahwa akan menyebarkan berita bahwa aku sudah melihatnya telanjang.

Hari ini pun serupa ketika aku baru saja ke kolam renang untuk sedikit latihan karena sudah lama tidak berenang dikarenakan ujian musim panas kemarin. Tanpa basa-basi aku langsung terjun ke dalam kolam dan berenang semauku. Tanpa sadar, ketika aku sedang mencoba berenang dari tepi ke tepi, kepalaku menabrak sesuatu yang pasti bukan dinding.

The last LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang