Prologue

7.5K 207 5
                                    

Gadis itu memeluk tubuhnya semakin erat ketika hujan semakin deras mengguyur bumi. Air matanya tak kunjung berhenti meskipun kini bercampur dengan air hujan yang terasa membekukan. Ia kembali menenggelamkan wajahnya di antara lengan yang memeluk lutut.

Tubuhnya bergetar hebat akibat tangisannya yang semakin meledak bercampur dengan dinginnya air hujan yang membasahi tubuhnya. Ia mendongak menatap langit yang sesekali berkilat dan menggelegar.

"Kenapa harus aku? Kenapa harus kenyataan ini yang harus kuhadapi?! Apa salahku?! APAA?!" Ia menjambak rambutnya dan menangis histeris, menyalahkan Sang Khalik, menyalahkan hidupnya yang kini terasa tidak berguna.

Ia mengusap lengannya yang sudah mati rasa. Ia tak lagi merasakan apapun, tubuhnya dingin dan beku. Dalam hati ia berharap agar dingin yang menyakitkan itu membekukan hatinya yang sudah tercabik-cabik.

Kenyataan ini begitu pahit, perih, seakan pisau telah mengiris ulu hatinya. Ia tak ingin hidup dengan kenyataan seperti ini. Ia ingin mati. Tapi apa yang bisa dia perbuat? Ia tak boleh lari dari kenyataan. Ia harus menghadapinya. Walaupun dengan menghadapi semuanya hanya akan membuatnya semakin terpuruk. It's the reality.

Tiba-tiba seseorang datang dan berdiri di hadapannya.

"Kau ingin kita lari bersama?"

* * *

It's RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang