1. Kecelakaan

23 12 7
                                    

Aku berjalan di trotoar pada siang itu. Banyak lalu lintas berlalu-lalang di jalan. Dari arah kanan aku melihat mobil yang melaju dan di arah kiri aku melihat sepeda motor yang berjalan dengan santai.

Awalnya tak ku hiraukan,karena pikiranku tak sampai sana. Aku pikir tidak terjadi apa apa. Tiga langkah aku berjalan, aku mendengar suara yang begitu keras.' Tabrakan? ' kata itu langsung ada di pikiranku.

"brrukkkkk," suara itu terdengar oleh ku.

Aku menoleh ke sumber suara. Dan ternyata benar, ada kecelakaan. Mobil dan motor tadi ku lihat. Dan sudah banyak warga yang berkerumunan di sana.

Aku mengamati dari jauh kecelakaan itu. Waktu pengendara motor di angkat oleh warga aku menyipitkan mataku 'sepertinya aku pernah melihatnya' batin ku . Setelah ku amati dengan lama, aku mengenalnya.

Qilham Izyan.
Tiktokers yang ku gemari.

Aku langsung berlari ke arahnya, aku melihat ada darah yang mengalir dari dahinya serta luka lecet di tangan dan kakinya.

"kamu keluarganya? " tanya salah satu warga di sana.

Reflek aku mengangguk. Padahal tak ada ikatan keluarga antara kami.

Setelah itu ambulan datang dan mengangkat Qilham untuk masuk k dalam mobil ambulan. Aku pun ikut masuk di sana. Entah kenapa dada ku sesak melihat kondisinya. Air mataku tanpa izin keluar dari mataku. Ya,aku meneteskan air mata. Tapi dengan cepat ku seka.

°°°

Aku duduk tepat di sebelah Qilham yang baring dan belum sadarkan diri. Aku menggenggam tangannya dengan lembut.

"Kak Qilham cepet sadar ya." ucapku walaupun tak bisa di dengar olehnya.

Setelah itu aku meninggalkan ruangannya untuk membeli air mineral sebentar.

Setelah aku selesai membeli air mineral, aku pun kembali ke ruangan dimana Qilham di rawat. Aku melihat ada seorang wanita paruh baya yang duduk di samping Qilham sembari menangis.

Akupun mendekatinya untuk menenangkannya "ibu kenapa?. " tanyaku.

"ibu sedih, anak ibu satu-satu nya bisa kaya gini." jawabnya di sela tangisannya.

"ibu yang tenang ya, ini sudah takdirnya. Kak Qilham pasti baik-baik aja kok, bentar lagi dia pasti bangun." ucap ku lagi sembari mengelus bahu wanita paruh baya itu yang ternyata adalah ibu Qilham.

Ibu Qilham pun membalas elusan ku dengan kembali mengelus punggung tangan ku. "kamu siapa? Pacarnya Qilham? " tanya nya kepadaku.

Deg.

Sontak jantungku berdebar,kaki ku gemetar.

Aku menundukan wajahku. "bukan bu, aku cuma penggemar Qilham. Aku hanya membantu membawanya ke sini." jawabku gugup.

"kenapa kamu begitu peduli? " tanya nya lagi padaku.

Kali ini aku benar-benar gemetar mendengar pertanyaan nya.

"karna saya penggemar Qilham bu, saya sangat menyukainya. Dia ramah." jawabku asal karena aku hampir tak bisa menjawab pertanyaan itu.

"nama mu siapa nak? " tanya wanita paruh baya itu.

" Zabella Nafira Stephanie ,di panggil Bella ."

Wanita paruh baya itu tersenyum simpul padaku "nama yang bagus."

Akupun membalas senyumnya kepadaku "terima kasih."

"boleh saya minta nomor telpon kamu? Hubungi saya kalau ada informasi tentang Qilham. Saya percayakan dia sama kamu. " Ucapnya

Akupun memberi nomor telpon ku kepada wanita paruh baya itu.

"t-tapi bu... " ucapku lagi.

"saya pulang dulu." pamitnya.

Aku menghela nafas, aku menerima keadaan. Artinya aku harus menjaga Qilham di sini. Beruntung besok aku libur sekolah. Jadi tidak ada yang ku pikirkan.

Saat malam tiba, aku duduk lagi di sebelah Qilham. Beberapa menit berikutnya aku tak sadar apa yang terjadi. Karena aku tertidur. Aku merasa ada yang meraba tangan ku. Sontak aku bangun dan terkejut.

Saat aku membuka mata, aku melihat Qilham yang tengah mengamatiku sembari memegang tangan ku. Aku langsung berdiri dan mundur.

"kamu siapa? " tanya nya kepadaku dengan raut wajah yang penuh tanda tanya.

"a-aku Bella." jawabku dengan gugup.

"kamu yang bawa aku kesini? " tanya nya lagi.

"i-iya."

Qilham tersenyum kepada ku. "terima kasih."

"sama-sama."

"kenapa punya niatan jagain aku disini? " tanya nya lagi.

Aku yang masih berdiri serta gemetar hanya bisa tersenyum kikuk di hadapannya "a-anu..."

Qilham mengernyit "apa? "

"karna aku mengkhawatirkan keadaan kakak. Aku yang membawamu kesini jadi aku harus menjagamu juga," jawabku.

"begitu kah? Terima kasih." ucapnya.

"duduk aja, gapapa." lanjutnya.

Akupun mengikuti pekataanya. Aku kembali duduk di sebelahnya dengan jantung yang berdegup kencang. Disela itu aku mengingat perkataan wanita paruh baya itu yang ternyata ibu Qilham.

"oh ya, aku harus telfon ibu," mendengar itu Qilham mengernyit.

Akupun langsung menelfon ibu Qilham dan memberitahukannya kalau Qilham sudah sadar.

"dapat nomor mama ku dari mana? " tanya nya.

"a-anu, tadi siang mama nya kak Qilham datang kesini. Dia nyuru Bella hubungin dia kalau ada informasi tentang kakak." jawabku.

Qilham hanya tersenyum menatapku ku. Aku yang mendapat tatapan itu segera menundukkan wajah ku karena malu. Tubuhku tak berhenti bergetar. Aku meremas ujung bajuku sendiri karena itu.

___

Love in SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang